Korban ke-28 adalah Andiko Listyono Putra (20), mahasiswa semester 2 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM.
Ia ditemukan tewas di jurang Blank 75 puncak Semeru kedalaman 100 meter pada Agustus 2009 setelah dinyatakan hilang selama enam hari.
Baca juga: Warga Terpaksa Panen Salak karena Pohon Tertutup Abu Erupsi Semeru: Ini Saya Bawa ke Pengungsian...
Dikutip dari artikel berjudul Pertapaan Kameswara dan Prasasti di Danau yang ditulis oleh Norman Edwin anggota Mapala UI, di Gunung Semeru ada dua situs purbakala yang ditemukan.
Yang pertama adalah prasasti di Ranu Kumbolo dengan inskripsi berhuruf dan berbahasa Jawa Kuno. Diperkirakan prasasti ini berasal dari awal abad XIII atau akhir abad XII Masehi.
Dalam prasasti tersebut dijelaskan terkait kunjungan Kameswara, seorang raja dari Kerajaan Kediri yang berziarah di sebuah pemandian suci di sekitar Semeru.
Diperkirakan Sang Raja meninggalkan istana untuk bertapa di daerah tersebut.
Baca juga: 9 Spot Terindah Saat Mendaki Gunung Semeru, Ranu Kumbolo hingga Mahameru
Kepurbakalaan lain adalah dua buah arca di Recopodo. Arca ini sulit dikenali karena kepala dan separuh badannya sudah hilang.
Kedua arca tersebut terletak di lerang utara kerucut Mahameru. Wajah kedua arca menghadap ke selatan dan setiap orang yang berhadapan dengan kedua arca tersebut, pandangannya akan menatap puncak Mahameru.
Diperkirakan, dua arca tersebut adalah wujud dari Dewa Siwa dan istrinya karena menurut Tantu Panggelaran, Puncak Mahameru adalah tempat kediaman Dewa Siwa.
Namun saat berada di puncak, Gunung Semeru berbentuk starato (kerucut terpancung) yang luas dengan medan beralur di setiap tebingnya.
Puncak Gunung Semeru memiliki dua kawah yaknu kawah Mahameru yang sudah tidak lagi aktif dan kawah Jonggring Seloko yang masih aktif.
Dari catatan yang ada, Gunung Semeru meletus pertama kali pada 8 November 1818. Letusan besar berikutnya pada 29-30 Agustus 1909 yang dikenal dengan bencana Lumajang.
Baca juga: Prasasti Soe Hok Gie–Idhan Lubis Dipasang di Puncak Mahameru
Pada tahun 1981, juga terjadi letusan besar yang menewaskan ratusan penduduk di sekitarnya.
Hingga pada tahun 1990, terjadi guguran kubah lava yang menghasilkan awan panas dan kawah Jonggring Seloka terbuka hingga saat ini.
Cut Dwi menyebut ada dua macam bahaya jika Semeru meletus. Bahaya primer adalah batu, kerikil, pasir, dan debu panas yang dimuntahkan saat letusan. Bahkan, panasnya bisa mencapai di atas 600 derajat celsius.
Sementara bahaya sekunder adalah lahar dingin atau material piroklastik yaitu material vulkanis seperti pasir, kerikil, dan batu yang telah dingin.
Bila timbunan material ini terbawa arus air, bisa menerjang apa saja dan menimbulkan bencana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.