Kepada Rudy, Gie menitipkan batu dari Semeru untuk dibawa pulang.
"Nih, gue titip ya, ambil dan bawa pulang batu Semeru, batu dari tanah tertinggi di Jawa. Simpan," kata Gie pada Rudy.
Rudy kemudian memilih melanjutkan perjalanan ke Recopodo.
Baca juga: Soe Hok Gie, Gunung Semeru, dan Lembah Mandalawangi
Beberapa menit kemudian Wiwiek juga bertemu dengan Gie di lokasi yang sama. Pada Wiwiek, Gie menitipkan sejumput daun cemara yang dipetiknya di kemah darurat.
Rudy pun tiba di perkemahan darurat dan tak lama kemudian ia mendengar suara longsoran pasir yang ternyata Maman, rekannya.
Bersama Tides, Rudy membantu Maman dan menunggu rombongan yang lain.
Sore mulai remang-remang. Tiba-tiba Freddy Lasut anggota termuda datang dan berteriak jika Idhan dan Hok Gie kecelakaan.
Baca juga: Bantu Warga Terdampak Erupsi Semeru, Pramuka Jatim Kirim Pakan Ternak dan Dokter Hewan
Tides yang paling senior meminta Freddy untuk kembali ke atas dengan membawa senter. Entah beberapa puluh menit. Freddy berdua dengan Herman meluncur dari atas.
Herman pun mengatakan Hok Gie dan Idhan meninggal. Mereka berdua sempat kejang sebelum menghembuskan napas terakhirnya.
Malam itu mereka berenam menginap di tenda darurat. Keesokan harinya, Herman dan Freddy kembali ke lokasi Soe Hok Gie dan Idhan untuk memastikan kondisi kedua rekannya.
Soe Hok Gie dan Idhan meninggal dunia sejak Selasa sore.
Menurut Herman yang ada di lokasi, saat itu Soe Hok Gie yang terserang kejang pertama. Herman berusaha membantu, namun tak berhasil.
Baca juga: UPDATE Erupsi Semeru: 34 Orang Meninggal Dunia, 22 Orang Hilang
Idhan pun mengalami hal yang sama. Ia kejang mirip Soe Hok Gie sebelum meninggal dunia.
Di pendakian pagi itu, Herman dan Freddy meletakkan jenazah Soe Hok Gie dan Idhan berdampingan.
Menurutnya, jenazah kedua sahabatnya seperti orang tertidur pulas.
"Kedua tangannya kami silang ke dada seperti lagi berdoa. Muka Hok Gie dan Idhan kami tutupi sau tangan dan kain yang ujungnya ditindih dengan batu, sekedar supaya jangan terkena langsung sorot matahari atau tumpahan debu pasir maupun air hujan dan embu," cerita Herman.
Baca juga: 33 Korban Letusan Gunung Semeru Mengungsi ke Jember, Trauma Bencana Susulan
Akhirnya tubuh Hoek Gie tetap di puncak Semeru di hari ulang tahunnya yang ke-27.
Jasad Soe Hok Gie berdampingan dengan Idham Lubis di tanah tertinggi di Pulau Jawa hampi selama seminggu.
Senin, 22 Desember 1969. Rombongan menjemput jenazah Soe Hok Gie dan Idhan di puncak Semeru,
Saat ditemukan, jenazah keduanya masih bagus dan tak ada bekas gangguan apapuan.
Dengan balutan kain tebal, jenazah mereka berdua dievakusi ke bawah secara bergantian karena harus melewati medan yang berat.
Herman ikut dalam rombongan tersebut. Pada Selasa, 23 Desember 1969 dini hari, rombongan tiba di Ranu Pane.
Dan Selasa pagi, jenazah keduanya sampai di Gubuk Klalah dan dibawa ke Jakarta untuk disemayamkan.
Baca juga: Tim DVI Polri Terima 30 Jenazah Akibat Erupsi Semeru, 10 Korban Telah Diidentifikasi
Usai penghormatan terakhir, Hok Gie dan Idhan dikubur di TPU Menteng Pulo, Jakarta.
Setahun kemudian jasad Hok Gie dipindah ke TPU Tanah Abang karena ibunya sering dipalak preman.
Pada 1975, sebagiam lahan makam dibangun Kantor Walikota Jakarta Pusat sehingga keluarga memutuskan mengkremasi jasad Hok Gie.
Abunya disebar di tempat favoritnya, Lembah Mandalawangi, Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.