Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Panjang Tengkleng Khas Solo, Lahir dari Masa Kelam di Masa Penjajahan Jepang

Kompas.com - 07/12/2021, 18:01 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Warung Tengkleng Bu Harsi di Jalan Kunir V, Solo Baru, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah viral di media sosial.

Banyak warganet yang mengeluhkan harga di warung tersebut sangat mahal dan tak sesuai dengan harga yang tertera. Bahkan ada yang menyebut harus mengeluarkan Rp 150.000 untuk dua porsi tengkleng.

Padahal di spanduk yang dipasang di depan warung, disebutkan harga tengkleng porsi kecil Rp 15.000 dan porsi besar seharga Rp 30.000.

Baca juga: Disebut Jual Tengkleng Terlalu Mahal, Harsi Mengaku Tak Buat Daftar Harga karena Tak Bisa Baca Tulis

Harsi (60), pemilik warung mengaku tak membuat daftar harga lengkap karena tak bisa baca dan tulis.

Selain itu ia tak memberi tahu kepada pelanggan jika harga porsi jumbo komplet Rp 150.000.

"Kalau pengunjung mintanya kepala komplet, ya harganya memang Rp 150.000" kata dia, Senin (6/12/2021).

Makanan khas Solo

Ilustrasi tengkleng solo. Dok. Shutterstock/Jim photography Ilustrasi tengkleng solo.
Dikutip dari buku 100 Makanan Tradisional Mak Nyus yang ditulis Bondan Winarno, tengkleng adalah sejenis gulai encer.

Sajian khas dari kambing ini populer di Solo, Jawa Tengah.

Kebanyakan tengkleng dimasak tanpa santan, namun ada juga yang membubuhkan sedikit santan saat memasak.

Jika gulai bernuansa Arab dan India, tengkleng lebih bernuansa Jawa. Tengkleng umumnya dibuat dari tetelan kambing seperti iga, kaki dan seluruh bagian kepala.

Baca juga: Curhat Harsi Usai Harga Tengkleng Jualannya Dianggap Mahal dan Jadi Viral: Warung Jadi Sepi...

Sementara dagingnya biasanya dipakai bahan sate, sementara jeroan dan sebagian daging yang berlemak digunakan untuk gulai.

Bondan menyebut, karena tengkleng semakin digemarin masyarakat kelas atas, maka mulai tampil tengkelng yang isinya dari bagian-bagian kambing yang lebih berdaging.

Bahkan menurutnya, salah satu warung tengkleng di Solo, tengklengnya disajikan seperti sop kaki kambing do Jakarta -otak, lidah, pipi, mata, kuping, jeroan, daging dan kaki- tapi dengan kuah tengkleng.

Baca juga: Tengkleng Bu Harsi Solo Viral karena Dianggap Mahal, Pembeli Mengaku Bayar Rp 150.000 untuk 2 Porsi

Sejarah panjang tengkleng sejak masa penjajahan

Ilustrasi daging kambing mentah yang akan dimasak dengan rempah khas Indonesia. SHUTTERSTOCK/SRI WIDYOWATI Ilustrasi daging kambing mentah yang akan dimasak dengan rempah khas Indonesia.
Tengkleng lahir dari kisah kelam masa penjajahan Jepang

Heri Priyatmoko sejarawan asal Solo sekaligus Dosen Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma menjelaskan di masa penjajahan Jepang, rakyat Solo hidup sengsara.

Karena bahan pangan yang menipis, kaum kecil terpaksa mengolah apapun menjadi santapan agar tak kelaparan.

Mereka pun mengolah limbah pangan termasuk limbah kambing seperti tulang dan jeroan kambing

Baca juga: Toleransi di Sepiring Sate Kerbau di Kota Kudus

Kala itu, tulang dan jeroan hewan tak dimanfaatkan oleh orang dengan ekonomi tinggi.

Hanya berbekal limbah kambing seperti tulang belulang dan jeroan dari kambing, mau tak mau masyarakat Solo mengolah sajian tersebut untuk mengisi perut.

Bagian daging kambing pada masa itu, dihidangkan untuk para tuan dan nyonya orang Belanda serta para priyayi.

Sedangkan limbah pangan itu dimasak dengan bumbu khas yang cukup rumit.

Secara umum daftar resepnya adalah kelapa, jahe, kunyit, serai, daun jeruk segar, lengkuas, kayu manis, daun salam, cengkeh kering, bawang putih, bawang merah, garam dapur, kemiri, dan pala.

Baca juga: Sepiring Rabeg Makanan Kecintaan Sultan Banten, tentang Kenangan Kota Kecil di Tepi Laut Merah

Mengeluarkan bunyi kleng-kleng-kleng

Masakan kambing di warung Pak Manto, Solo, Jawa Tengah.Kompas.com/ Wahyu Adityo Prodjo Masakan kambing di warung Pak Manto, Solo, Jawa Tengah.
Heri mengatakan makanan dari limbah pangan itu dinamakan tengkleng karena jika saat ditaruh di piringnya orang miskin dulu akan mengeluarkan bunyi kleng-kleng-kleng.

Menurutnya di masa lalu, masyarakat kebawah terbuat dari gebreng (semacam seng). Sehingga saat tulang itu diletakkan akan menimbulkan suara yang nyaring.

Biasanya tengkleng dinikmati dengan cara dibrakoti atau dikrikiti (bahasa Solo), artinya digigit bagian tulang sampai tak tersisa daging yang menempel.

Hal itu dilakukan katena tulang yang dimasak masih memiliki daging, otot, lemak hingga tulang muda.

Baca juga: Sejarah Tengkleng Khas Solo, Tercipta karena Kehabisan Bahan Pangan di Masa Penjajahan

Bagian itu yang sering kali diincar saat menikmati tengkleng. Tak hanya sensasi mem-brakoti tulang kambing saja.

Sensasi makan tengkleng semakin nikmat saat menghisap secara sedikit demi sedikit sumsum yang ada di tulang kambing.

Selain itu, makan tengkleng semakin sedap saat mulai melepaskan serta mengigit perlahan sisa daging yang melekat di tulang.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Yana Gabriella Wijaya | Editor : Yuharrani Aisyah)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Karyawan Bank di Aceh Timur Tipu PNS untuk Tarik Uang Ratusan Juta

Karyawan Bank di Aceh Timur Tipu PNS untuk Tarik Uang Ratusan Juta

Regional
Cair Pekan Depan, THR ASN di Kota Magelang Capai Rp 19 Miliar

Cair Pekan Depan, THR ASN di Kota Magelang Capai Rp 19 Miliar

Regional
Mayat di Tanara Serang Ternyata Penjual Madu asal Bandung Barat

Mayat di Tanara Serang Ternyata Penjual Madu asal Bandung Barat

Regional
Pemkot Semarang dan KPK Koordinasi Cegah Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa Proyek Strategis 

Pemkot Semarang dan KPK Koordinasi Cegah Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa Proyek Strategis 

Regional
Lancang Kuning Carnival Bakal Digelar, Pj Gubernur Riau: Bakal Promosikan Produk dan Karya Anak Muda

Lancang Kuning Carnival Bakal Digelar, Pj Gubernur Riau: Bakal Promosikan Produk dan Karya Anak Muda

Regional
Hati-hati, Penerangan Jalan Umum di Pantura Brebes Masih Minim

Hati-hati, Penerangan Jalan Umum di Pantura Brebes Masih Minim

Regional
BMKG: Wilayah Kalimantan Tengah Sedang Dilalui Gelombang Atmosfer 'Rossby Ekuator'

BMKG: Wilayah Kalimantan Tengah Sedang Dilalui Gelombang Atmosfer "Rossby Ekuator"

Regional
Selebgram Palembang Dituntut 7 Tahun Penjara, Ikut 'Cuci Uang' Hasil Narkoba

Selebgram Palembang Dituntut 7 Tahun Penjara, Ikut "Cuci Uang" Hasil Narkoba

Regional
Kaesang Diusung Jadi Cagub DKI Jakarta, Gibran Ogah Tanggapi

Kaesang Diusung Jadi Cagub DKI Jakarta, Gibran Ogah Tanggapi

Regional
Jasad Ibu dan Anak Korban Longsor di Bandung Barat Ditemukan dalam Kondisi Berpelukan

Jasad Ibu dan Anak Korban Longsor di Bandung Barat Ditemukan dalam Kondisi Berpelukan

Regional
Sempat Ditutup Imbas Erupsi Marapi, BIM Kembali Dibuka

Sempat Ditutup Imbas Erupsi Marapi, BIM Kembali Dibuka

Regional
Polisi Minta Tambah SPKLU di Tol Jateng, Saat Ini Hanya Ada 21

Polisi Minta Tambah SPKLU di Tol Jateng, Saat Ini Hanya Ada 21

Regional
Soal Nama yang Akan Diusung di Pilkada Semarang, DPC Partai Demokrat Tunggu Petunjuk

Soal Nama yang Akan Diusung di Pilkada Semarang, DPC Partai Demokrat Tunggu Petunjuk

Regional
Musrenbang RPJPD Banten 2025-2045, Pj Gubernur Al Muktabar: Fokuskan pada Pencapaian Indonesia Emas 2045

Musrenbang RPJPD Banten 2025-2045, Pj Gubernur Al Muktabar: Fokuskan pada Pencapaian Indonesia Emas 2045

Regional
Calo Tiket Bus yang Ancam Penumpang di Pelabuhan Merak Sudah Beroperasi 3 Bulan

Calo Tiket Bus yang Ancam Penumpang di Pelabuhan Merak Sudah Beroperasi 3 Bulan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com