Muncul ide membuat konten video berisi aktivitas sehari-hari yang dia, istri, dan anaknya jalani.
Mulailah dia merekam segmen-segmen aktivitas keluarga kecilnya itu sejak bangun tidur hingga istirahat di malam hari.
Sejak itu, anggota keluarga kecil itu berkolaborasi penuh dalam proses pembuatan video.
"Kalau saya sedang mencangkul di kebun ya yang merekam videonya Kenzin atau istri. Kalau pas merekam istri sedang memasak di dapur saya atau Kenzin yang merekam," ujarnya.
Baca juga: Sekdes di Blitar Bayarkan Tunggakan Dana PBB Warga, Polisi Tetap Proses Hukum
Sejak itu, Winandi mengaku jumlah penonton dan subscriber channel-nya bertambah dengn cepat.
Setiap hari channel itu mendapatkan tambahan subscriber mulai dari ratusan hingga paling banyak mendekati 2.000 subscriber baru dalam sehari.
Kini channel yang dibuat Kenzin itu sudah mendapatkan sekitar 50.000 subscriber hanya dalam waktu sekitar 8 bulan.
"Uang dari channel YouTube kami sudah lumayan bagi kami," ujarnya.
Baru-baru ini, Winandi membeli dua ekor kambing untuk dia pelihara.
Ternak itu tentunya akan memperkaya sumber konten dalam memproduksi video-video untuk diunggah.
Aktivitas membuat kandang kambing pun sudah mampu menyumbang beberapa tayangan video.
Meski sudah mampu meraup pendapatan puluhan juta rupiah per bulan, Winandi mengaku belum berniat menginvestasikan pendapatannya untuk membeli peralatan yang lebih bagus, seperti kamera, mikrofon, ataupun peralatan pengolahan suara.
"Masih mengandalkan handphone. Suasana perdesaan saya upayakan sealamiah mungkin, misalnya suara kicauan burung ya berasal dari suara yang memang ada ketika aktivitas kita rekam," ujarnya.
"Jadi kita kadang menunggu ada burung-burung yang mendekat dan berkicau sebelum mulai merekam," tambahnya.
Dialog pun dia pertahankan apa adanya, dialog sehari-hari keluarga itu yang menggunakan bahasa Jawa dialek Blitar dari sub-kultur Mataraman.
Baca juga: Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Blitar Turun Signifikan Selama Pandemi Covid-19