KOMPAS.com - Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, kembali mengeluarkan awan panas guguran pada Senin (6/12/2021) sekitar pukul 09.00 WIB.
Sofa Marwa (38), warga Desa Supiturang, menceritakan, saat itu awan hitam pekat keluar dari puncak Gunung Semeru.
Situasi itu membuat Sofa dan sejumlah warga panik dan berlarian ke luar rumah. Pasca-kejadian itu, Sofa dan warga memutuskan untuk mengungsi ke tempat lebih aman.
Baca juga: Dampak Erupsi Gunung Semeru: 2.970 Rumah Rusak, 14 Warga Meninggal
"Ayo, ayo cepat, bahaya ini," kata Sofa.
Dedi Afandi (30), warga lainnya menceritakan hal yang serupa. Menurutnya, erupsi susulan itu membuat sebagian warga panik.
"Erupsinya turun lagi, besar, lari-lari," katanya.
Dilansir dari laman Esdm.go.id, terpantau ada letusan tinggi asap kl 500 meter berwarna asap putih kelabu dan mengarah condong ke utara
Lalu, awan panas guguran dengan jarak luncur 2000 meter, dari puncak atau 700 meter dari ujung aliran lava ke tenggara (Besuk Kobokan).
Baca juga: Dampak Erupsi Gunung Semeru, BPBD Lumajang: 2.970 Rumah dan 13 Fasilitas Umum Rusak
Dilansir dari Antara, Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari menjelaskan, jumlah korban jiwa untuk sementara tercatat 14 orang.
“Per pukul 17.30 WIB ini jumlah korban meninggal dunia terdata hingga saat ini berjumlah 14 orang,” ujarnya saat konferensi pers pada Minggu (5/12).
Sementara itu, untuk kerusakan pasca-erupsi Gunung Semeru, Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD Lumajang Wawan Hadi Siswoyo di Lumajang menyebut ada 2.970 rumah dan 13 fasilitas umum rusak.
"Hingga hari ini pukul 17.00 WIB untuk kerusakan rumah tercatat sebanyak 2.970 rumah dan 13 fasilitas umum berupa jembatan, sarana pendidikan, dan tempat ibadah juga mengalami kerusakan," katanya, Minggu malam.
Baca juga: Duka Erupsi Gunung Semeru, 14 Orang Meninggal, 2 Korban Jiwa Ditemukan Saling Berpelukan
Sementara itu, dari 14 korban jiwa tersebut, Tim SAR menemukan jenazah ibu dan anak di Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang.
Jenazah tersebut ditemukan oleh relawan Baret Rescue Gerakan Pemuda Nasdem Jember saat menyisir di lokasi terdampak bencana erupsi Gunung Semeru.
“Kami menemukan ada beberapa jenazah tadi, ada ibu dan anak yang berpelukan atau digendong,” ucap Ketua Baret Nasdem Jember David Handoko Seto, Minggu.
Baca juga: Fakta Terkini Dampak Erupsi Gunung Semeru, Kendala Evakuasi Warga dan Pencarian 10 Penambang Pasir
Para pengungsi tersebut akan direlokasi ke Desa Penanggal yang lebih aman.
"Karena tempat yang dijadikan penampungan di dua desa itu rawan, termasuk zona merah. Kita khawatir kalau ada erupsi susulan atau seandainya ada hujan deras, maka lahar yang tertahan di atas akan turun," kata Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dalam siaran pers yang diterima Antara.
(Penulis : Kontributor Malang, Andi Hartik | Editor: Dheri Agriesta, Reza Kurnia Darmawan)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.