BOYOLALI, KOMPAS.com - Titik Isnani (45) terdorong mendirikan lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) inklusi karena tak ingin anak berkebutuhan khusus (ABK) mengalami nasib sama dengan dirinya.
Warga Desa Ringinlarik RT 014, RW 003, Kecamatan Musuk, Boyolali, Jawa Tengah, itu tidak pernah sekolah sehingga sering mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari teman sebaya.
Dia sering dirundung dan dijauhi teman-temannya.
Sejak usia sembilan bulan, Titik mengalami insiden yang membuat kedua kakinya mengalami kelumpuhan sampai sekarang.
Titik terjatuh dari gendongan yang membuat tulang belakangnya patah. Titik harus memakai kursi roda untuk membantu melakukan pergerakan atau aktivitas.
"Saya 'balas dendam'. Saya tidak pernah sekolah, saya di-bully waktu kecil, saya tidak punya teman. Jadi saya tidak mau anak-anak yang selanjutnya di bawah saya mengalami hal yang sama seperti saya," kata Titik di Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (5/12/2021).
Meski tidak pernah sekolah, Titik mengaku selalu 'mencuri' ilmu ketika orangtuanya sedang mengajar di sekolah.
Baca juga: Cerita Sahnan, Penyandang Disabilitas yang 30 Tahun Jadi Guru Ngaji Tanpa Dibayar: Niat Saya Pahala
Setelah berajak dewasa, Titik selalu mengikuti kegiatan pelatihan difabel. Titik juga ikut kegiatan yang diselenggarakan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Rehabilitasi Bersumber Daya Masyarakat (PPRBDM) Solo.
"Jadi saya 'curi' ilmu pas Bapak saya ngajar murid-muridnya. Belajar langsung dari anak-anak itu. Terus saat mereka belajar bareng saya juga ada di situ. Saya nyuri ilmu dari mereka," tutur dia.
Titik mengatakan, lembaga pendidikan ini dia dirikan sejak akhir 2015. Namanya, PAUD Inklusi Tersenyum. Adapun lokasinya di lingkungan rumahnya.
Sebelum mendirikan PAUD, Titik awalnya membentuk kelompok disabilitas dewasa dengan nama Forum Komunikasi Difabel Boyolali (FKDB) pada 2012.
"Di sana kami menggali potensi-potensi dan meningkatkan kapasitas difabel dewasa. Kami mengadakan training di sana dan mendapatkan permasalahan pokok di Boyolali itu ternyata pendidikan," ungkap dia.
Pihaknya kemudian membuat solusi terkait permasalahan pendidikan tersebut dengan mendirikan lembaga pendidikan PAUD Inklusi Tersenyum.
Titik menambahkan PAUD Inklusi Tersenyum memiliki sembilan siswa. Mereka terdiri siswa berkebutuhan khusus, down syndrome, autis, dan non-ABK.