Kendala infrastruktur, kondisi geografis dan banyaknya perilaku berisiko, kata Aditya, membuat penanganan HIV/AIDS di Papua - apalagi di masa pandemi Covid - semakin menantang.
Ia mencontohkan, Kamboja telah berhasil meningkatkan akses pengetesan dan pengobatan dan menurunkan kasus baru. Sementara negara tetangga Malaysia, telah berhasil meniadakan penularan HIV dan ibu ke anak.
Baca juga: Kisah Jabat Tangan Putri Diana yang Sukses Hapus Stigma Pengidap AIDS
Adapun di Indonesia, lanjut Aditya, kasus HIV cenderung naik.
"Itu situasi sebelum pandemi. Nah, ditambah situasi pandemi, semua teralihkan akhirnya. Baik mulai dari perhatian program, perhatian kebijakan, maupun perhatian anggaran, itu semua ter-distract untuk Covid," kata Aditya.
Itu sebabnya, menurut direktur eksekutif Indonesia AIDS Coalition ini, situasi HIV/AIDS di Indonesia di masa pandemi "jauh lebih mengkhawatirkan".
"Bisa dibilang kalau ini tidak dilakukan koreksi oleh pemerintah, otomatis implikasinya akan cukup besar," tuturnya.
Baca juga: 1 Desember 1988: Penetapan Hari AIDS Sedunia oleh WHO
Merujuk data Kementerian Kesehatan, jumlah kasus HIV yang dilaporkan dari tahun 2005 sampai dengan Maret 2021 cenderung meningkat setiap tahun. Jumlah kumulatif kasus HIV yang dilaporkan sampai Maret 2021 sebanyak 427.201.
Sama seperti kasus HIV, jumlah kasus AIDS yang dilaporkan dari tahun 2005 sampai dengan Maret 2021 cenderung meningkat setiap tahun.
Jumlah kumulatif AIDS dari tahun 1987 sampai dengan Maret 2021 sebanyak 131.147 orang
Baca juga: Hari AIDS Sedunia 1 Desember 2021: Sejarah, Peringatan, Tema, dan Link Twibbon
Bruder Agustinus Adil, yang mengabdi di Rumah Sakit Dian Harapan mengungkap setiap bulan ada sekitar 15-20 pasien baru HIV yang dirawat di rumah sakit tersebut.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.