Pekerjaan sebagai juru parkir bukanlah pekerjaan yang mudah bagi Yoseph di usianya yang kini sudah senja.
Setiap hari kakek berusia 66 tahun ini harus rela bangun lebih pagi untuk pergi bekerja di jalanan, di saat rekan-rekan seusianya bersantai di rumah sambil menikmati secangkir teh ditemani anak dan cucu.
Menurut Yoseph selama bekerja sebagai juru parkir lebih dari enam tahun terakhir, banyak suka dan duka yang sudah dilewati.
Kadang ia harus bekerja dibawa terik matahari, dan saat tertentu ia harus rela bayah kuyup dan menahan dingni saat hujan turun.
Meski begitu ia tetap bersyukur karena masih diberikan umur panjang dan kesehatan untuk tetap bekerja.
Baca juga: Vaksinasi Door to Door di Ambon, Wali Kota: Kalau Ada Masyarakat yang Tidak Mau, Jangan Paksa...
Yoseph mengisahkan, kerap kali ada kejadian yang membuatnya kesal dan kecewa.
Pernah ada pemilik sepeda motor yang pergi begitu saja tanpa permisi dan membayar uang parkiran.
Kejadian seperti itu kerap dialaminya namun Yoseph mengaku tetap bersabar.
“Kalau seperti itu sudah sering kali, mungkin karena mereka (pemilik motor) lihat saya sudah tua jadi mereka sesuka hati saja. Sebenarnya kalau mereka bilang ke saya baik-baik saya maklumi tapi kalau peergi tanpa permisi saat saya ada di situ kecewa sekali,” ujarnya.
Hal lainnya yang juga kerap membuatnya kecewa, ada orang dan teman-temannya yang selalu menganggap pekerjaaan sebagai juru parkir sama seperti pengemis.
“Ada yang bilang begitu ke saya, pekerjaan seperti mengemis, tapi saya diam saja,” katanya.
Baca juga: Demo 60 Tahun Kemerdekaan Papua Barat di Ambon Berujung Ricuh, Polisi Bubarkan Massa
Tapi tidak semua kejadian mengecewakan selalu datang. Ada orang-orang baik yang juga ternyata sangat berempati dengan Yoseph.
Beberapa pengendara motor yang memarkirkan kendaraannya kadang memberinya lebih saat akan meninggalkan area parkiran.
“Kalau seperti itu banyak juga, kadang ada yang kasih sampai Rp 50.000 apalagi saat saya masih di Sam Ratulangi,” katanya.
Bagi Yoseph, Tuhan telah menaruh rezeki bagi setiap orang yang mau berusaha.
Karenanya dia juga tidak merasa putus asa atau malu dengan pekerjaannya saat ini. Dia meyakini, setiap pekerjaan apapun itu pasti ada berkahnya.
“Untuk apa malu, saya tidak mencuri, saya kerja halal, Tuhan juga tahu,” katanya.
Baca juga: Guru SD di Ambon Perkosa Remaja yang Ia Pergoki Mesum dengan Pacar, Ini Ceritanya
Yoseph mengaku, awalnya pekerjaan sebagai juru parkir dilakoninya sendirian.
Namun karena kondisi kebutuhan keluarga yang semakin sulit, istrinya Lin Fernatyanan ikut memilih bekerja sebagai juru parkir.
Keduanya mulai bekerja sebagai juru parkir di kawasan Sam Ratulangi hingga pindah ke kawasan Jalan Pattimura saat ini.
“Istri mulai ikut saya bekerja di juru parkir mulai dari Sam Ratulangi dan saat ini sama-sama di sini,” ujanrya.
Yospeh mengaku, awalnya anak-anaknya tidak mempersoalkan pekerjaan orangtua sebagai juru parkir.
Namun belakangan, mereka mulai meminta agar Yoseph dan istrinya beristirahat saja di rumah.
“Mereka bilang saya sudah tidak ada tanggungan lagi jadi mau kerja buat siapa lagi. Jadi mereka suruh saya dan istri istirahat saja di rumah,” katanya.
Baca juga: Video Viral Perempuan Dianiaya Remaja di Ambon, Pelaku Resmi Jadi Tersangka
Yoseph mengaku, anak-anaknya meminta agar ia dan istrinya berhenti dari juru parkir bukan karena malu tetapi karena mengkhawatirkan kondisi keduanya yang sudah tua.
“Mungkin karena anak-anak lihat kita sudah tua jadi mereka suru kita istirahat saja, bukan karena malu, karena bagi saya pekerjaan apapun selama itu halal tidak masalah,” katanya.
Yospeh mengaku saat ini dia dan istrinya masih tetap bekerja di jalan karena keduanya bercita-cita ingin membangun rumah sendiri.
Saat ini rumah yang mereka tempati di akwasan Gunung Nona, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon merupakan bekas asrama milik gereja.
“Jadi saat ini kita bekerja ini untuk bangun rumah, karena saat ini kita tinggal itu di tanah milik gereja,” ujarnya.
Ia juga berkeinginan di hari tuanya saat ini ia dan keluarganya bisa berkumpul bersama di tempat yang nyaman sebagaimana harapan semua orangtua.
Karena itu setiap hari ia dan istrnya tetap bekerja dari siang hingga malam hanya untuk mengumpulkan rezeki guna mewujudkan cita-citanya membangun rumah yang layak.
“Saat ini saya bekerja siang hari malam hanya untuk membangun rumah. Anak yang di Jerman juga sudah kirim uang untuk membantu,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.