"Nah jadi kalau ternyata kalau nomor satunya baik, tiba-tiba saya diberi (syarat) nomor tiga, diusung partai untuk kepemimpinan nasional, ya saya tidak akan menolak, kira-kira begitu," ungkapnya.
Namun Ridwan Kamil juga menyadari jika dirinya saat ini bukan anggota partai politik.
"Tapi juga tahu diri, kan tadi politik tahu diri. Jadi politik tahu diri itu saya harus tahu diri, anda itu siapa, diusung partai belum pasti, anggota bukan. Jadi kalau enggak ya harus terima, harus tahu diri," ucapnya.
Ridwan Kamil juga bisa menerima jika nantinya tidak ada partai yang mengusungnya untuk maju dalam Pilpres 2024.
Ketika itu terjadi maka mantan Wali Kota Bandung ini akan maju kembali dalam Pilihan Gubernur Jawa Barat.
"Jadi kalau tidak ada partai yang mengusung, yang paling realistis dalam menu politik saya adalah melanjutkan gubernur jilid dua. Tapi kalau ada partai yang merasa butuh tokoh yang elektabilitasnya lumayan, mungkin sosok saya akan dihitung ya saya bismilah," tegasnya.
Tahun depan, Ridwan Kamil telah memutuskan untuk masuk ke partai politik. Hanya saja, Ridwan Kamil belum tahu akan bergabung ke mana nantinya.
"Saya sudah putuskan tahun depan saya akan masuk parpol, tapi warna yang mana, apakah warna taplak yang ini, atau warna baju satpam, atau hijab merah saya belum tahu," ungkapnya.
Ridwan Kamil menuturkan akan berlabuh ke partai politik yang paling Pancasilais. Sebab menurutnya Pancasila itu harga mati.
"Bagi saya Pancasila itu harga mati tidak boleh terlalu ke kiri, tidak boleh terlalu ke kanan. Politik jalan tengahlah yang saya pilih, bagi saya tengah ini ke butuhan hari ini merangkul yang terlalu kanan, juga bisa merangkul yang terlalu kiri," ujarnya.
Mantan Walikota Bandung ini menegaskan menunggu "pintu" dibuka untuk maju dalam Pilpres 2024.
"Kalau ditanya mau nyalon, saya tunggu pintunya terbuka, karena saya tidak bisa membuka kunci, yang membuka kunci bukan saya. Tapi kalau pintunya sudah dibuka kuncinya dan dipersilahkan, dua kali saya ikut pilkada ya punya metode-metode cara memenangkan kompetisi demokrasi lah," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.