Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Guru di NTT Racik Obat Herbal karena Terinspirasi Jokowi, Kini Usahanya Beromzet Jutaan Rupiah

Kompas.com - 01/12/2021, 14:06 WIB
Nansianus Taris,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

LABUAN BAJO, KOMPAS.com - Adrianus Taur, seorang guru di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), layak disebut pahlawan bagi masyarakat di sekitar lingkungannya.

Di tengah kecemasan publik karena pandemi Covid-19, ia masih berpikir keras menyelamatkan orang lain.

Adrianus punya cara sendiri untuk membantu orang-orang terdekatnya. Pria yang berprofesi sebagai guru itu meracik tanaman obat keluarga (toga) seperti jahe merah, temulawak, kencur, kunyit, kayu manis, gula aren, gula pasir, daun pandan, dan sereh, menjadi ramuan herbal.

Bahan-bahan itu diparut menjadi tepung. Tepung itu kemudian menjadi obat herbal yang dikonsumsi untuk meningkatkan imunitas tubuh.

Bersama istrinya, Emerlinda Flaviana Haya, Adrianus mulai meracik tanaman obat keluarga itu menjadi produk herbal pada awal awal Februari 2021. Saat itu, angka Covid-19 di Indonesia naik tajam.

"Inspirasinya dari Pak Jokowi. Setiap hari Pak Jokowi minum jamu yang bahan dasarnya temulawak, jahe, sereh, dan kunyit," kata Adrianus saat dihubungi Kompas.com, Rabu (1/12/2021).

Baca juga: Petani di Kupang Ditemukan Tewas Telungkup di Tengah Sawah, Diduga Tersambar Petir

Ia juga mempelajari soal ramuan herbal dari tanaman obat keluarga dari buku dan internet.

"Terus saya juga belajar di buku dan Google tentang manfaat dari tanaman obat keluarga ini. Makanya kami memutuskan untuk meracik toga ini menjadi obat tradisional," tutur Adrianus.

Untuk meracik obat tradisional itu, ia belajar di salah satu biara di Kota Kupang.

Dibantu istrinya yang tenaga kesehatan, Adrianus bisa meracik ramuan herbal itu dengan mudah.

Ia mengatakan, awalnya mereka meracik obat herbal tersebut dengan memanfaatkan beberapa jenis tanaman obat yang tumbuh di halaman rumahnya di Kaper, Desa Golo Bilas, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat.

"Semua bahan-bahan kita parut, lalu peras. Kemudian kita masak sampai dia jadi tepung. Setelah kita masukan ke plastik dengan berbagai ukuran, lalu dijual," jelasnya.

 

Hasil racikan pertama diunggah di media sosial Facebook dan WhatsApp. Unggahan itu mendapat respons positif dari keluarga dan kerabat. Ada yang langsung memesan.

"Ada kenalan dan keluarga yang pesan, kita kasih. Awalnya kita gratis, karena sesuai misi awal yakni membantu keluarga dan sesama. Setelah minum racikan tradisional tersebut, ternyata banyak keluarga yang merasakan khasiatnya. Mereka meminta untuk diproduksi lebih banyak dan terus menerus," ungkap dia.

Melihat respons positif itu, ia kemudian melihat peluang yang harus dimanfaatkan. Apalagi di tengah pandemi Covid-19, ekonomi keluarganya pun terkena dampak.

"Kami akhirnya membuat ini menjadi home industry. Kami racik produk herbal ini di rumah saja. Satu kali produksi itu sebanyak 12 kilogram dan diproduksi enam jam. Hasil produksi tersebut laku terjual paling lama dua hari,” ungkap Ardi.

"Kita jual per bungkus ada yang 100 gram, 500 gram, 1.000 gram. Harganya sesuai ukuran. Puji syukur, setiap bulan hasilnya bisa jutaan rupiah. Walau tidak banyak, tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga," sambung dia.

Baca juga: Kupang Turun PPKM Level 1, Pemkot Tetap Batasi Aktivitas Warga

Ia mengaku bersyukur, sudah ada tujuh pasien Covid-19 yang sembuh setelah minum produk herbal yang diberi nama Sari Toga Komodo itu.

Kini, permintaan Sari Toga Komodo semakin banyak, mulai dari Manggarai Timur, Manggarai Barat, Kupang, Denpasar, Surabaya, Jakarta, dan Kalimantan Utara.

"Kita kirimnya pakai ekspedisi,” ujar dia.

Karena permintaan semakin tinggi, lanjut dia, bahan-bahan dasar ramuan herbal tersebut dibeli di pasar dan langsung dari para petani.

"Ini juga bagian dari membantu ekonomi mereka di tengah pandemi," ucap dia.

 

Jenis dan manfaat

Ardi menjelaskan, produk herbal yang mereka beri nama Sari Toga Komodo itu ada dua jenis, yakni Sari Campur dan Sari Jahe Merah. Bahan dasarnya beda-beda, begitu pun khasiatnya.

Komposisi Sari Campur antara lain, temulawak, jahe merah, kunyit, kencur, kayu manis, daun sereh, daun pandan, dan gula.

Manfaatnya, antara lain, menjaga stamina, meningkatkan kekebalan tubuh, mengobati lambung/maag, mengobati susah tidur, menetralkan gula darah, melawan radikal bebas, mendetoks racun, mengobati masuk angin, batuk, sakit pinggang, mencegah diabetes, infeksi saluran kencing, mencegah kanker, melancarkan haid dan gangguan sistem reproduksi wanita.

Baca juga: Diduga Cemburu, Pengungsi Afghanistan di Kupang Tikam Temannya Pakai Kunci Motor

“Aturan minumnya 2x1 sendok makan untuk segelas air panas pagi, 15 menit sebelum makan. Kemudian, malam sebelum tidur, 15 menit setelah makan,” terang Ardi.

Sementara Sari Jahe, bermanfaat menjaga stamina, menetralkan gula darah, melawan radikal bebas, mendetoks racun, mengobati masuk angin, batuk, sakit pinggang, dan mencegah diabetes.

“Aturan minum 3x1 sendok makan. Diminum 15 menit setelah makan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dendam dan Sakit Hati Jadi Motif Pembunuhan Wanita Penjual Emas di Kapuas Hulu

Dendam dan Sakit Hati Jadi Motif Pembunuhan Wanita Penjual Emas di Kapuas Hulu

Regional
Kerangka Manusia Kenakan Sarung dan Peci Ditemukan di Jalur Pendakian Gunung Slamet Tegal, seperti Apa Kondisinya?

Kerangka Manusia Kenakan Sarung dan Peci Ditemukan di Jalur Pendakian Gunung Slamet Tegal, seperti Apa Kondisinya?

Regional
Bupati Purworejo Temui Sri Sultan, Bahas soal Suplai Air Bandara YIA

Bupati Purworejo Temui Sri Sultan, Bahas soal Suplai Air Bandara YIA

Regional
Prabowo Minta Pendukungnya Batalkan Aksi Damai di MK Hari Ini, Gibran: Kita Ikuti Aja Arahannya

Prabowo Minta Pendukungnya Batalkan Aksi Damai di MK Hari Ini, Gibran: Kita Ikuti Aja Arahannya

Regional
Pimpin Apel Bulanan Pemprov Sumsel, Pj Gubernur Agus Fatoni Sampaikan Apresiasi hingga Ajak Pegawai Berinovasi

Pimpin Apel Bulanan Pemprov Sumsel, Pj Gubernur Agus Fatoni Sampaikan Apresiasi hingga Ajak Pegawai Berinovasi

Kilas Daerah
Suami Bunuh Istri di Riau, Sakit Hati Korban Hina dan Berkata Kasar ke Ibunya

Suami Bunuh Istri di Riau, Sakit Hati Korban Hina dan Berkata Kasar ke Ibunya

Regional
Di Hadapan Ketua BKKBN Sumsel, Pj Ketua TP-PKK Tyas Fatoni  Tegaskan Komitmen Turunkan Prevalensi Stunting

Di Hadapan Ketua BKKBN Sumsel, Pj Ketua TP-PKK Tyas Fatoni Tegaskan Komitmen Turunkan Prevalensi Stunting

Regional
Banyak Pegawai Tak Gunakan Seragam Korpri Terbaru, Pj Wali Kota Pangkalpinang: Kalau Tak Mampu, Saya Belikan

Banyak Pegawai Tak Gunakan Seragam Korpri Terbaru, Pj Wali Kota Pangkalpinang: Kalau Tak Mampu, Saya Belikan

Regional
Warga 2 Desa Diimbau Waspada Banjir Lahar Gunung Lewotobi Laki-laki

Warga 2 Desa Diimbau Waspada Banjir Lahar Gunung Lewotobi Laki-laki

Regional
Petugas Rutan Tangkap Pengunjung Selundupkan Sabu ke Penjara

Petugas Rutan Tangkap Pengunjung Selundupkan Sabu ke Penjara

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Imigrasi Tangkap 19 WN Papua Nugini yang Langgar Aturan dalam 4 Bulan

Imigrasi Tangkap 19 WN Papua Nugini yang Langgar Aturan dalam 4 Bulan

Regional
Pria di Sumbawa Cabuli Anak Tetangga, Ditangkap Usai 2 Bulan Sembunyi di Lombok

Pria di Sumbawa Cabuli Anak Tetangga, Ditangkap Usai 2 Bulan Sembunyi di Lombok

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com