Hasil racikan pertama diunggah di media sosial Facebook dan WhatsApp. Unggahan itu mendapat respons positif dari keluarga dan kerabat. Ada yang langsung memesan.
"Ada kenalan dan keluarga yang pesan, kita kasih. Awalnya kita gratis, karena sesuai misi awal yakni membantu keluarga dan sesama. Setelah minum racikan tradisional tersebut, ternyata banyak keluarga yang merasakan khasiatnya. Mereka meminta untuk diproduksi lebih banyak dan terus menerus," ungkap dia.
Melihat respons positif itu, ia kemudian melihat peluang yang harus dimanfaatkan. Apalagi di tengah pandemi Covid-19, ekonomi keluarganya pun terkena dampak.
"Kami akhirnya membuat ini menjadi home industry. Kami racik produk herbal ini di rumah saja. Satu kali produksi itu sebanyak 12 kilogram dan diproduksi enam jam. Hasil produksi tersebut laku terjual paling lama dua hari,” ungkap Ardi.
"Kita jual per bungkus ada yang 100 gram, 500 gram, 1.000 gram. Harganya sesuai ukuran. Puji syukur, setiap bulan hasilnya bisa jutaan rupiah. Walau tidak banyak, tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga," sambung dia.
Baca juga: Kupang Turun PPKM Level 1, Pemkot Tetap Batasi Aktivitas Warga
Ia mengaku bersyukur, sudah ada tujuh pasien Covid-19 yang sembuh setelah minum produk herbal yang diberi nama Sari Toga Komodo itu.
Kini, permintaan Sari Toga Komodo semakin banyak, mulai dari Manggarai Timur, Manggarai Barat, Kupang, Denpasar, Surabaya, Jakarta, dan Kalimantan Utara.
"Kita kirimnya pakai ekspedisi,” ujar dia.
Karena permintaan semakin tinggi, lanjut dia, bahan-bahan dasar ramuan herbal tersebut dibeli di pasar dan langsung dari para petani.
"Ini juga bagian dari membantu ekonomi mereka di tengah pandemi," ucap dia.