Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dukung Wisata Ikonik Elang Flores, Bupati Ende Siap Kucurkan Rp 9 Miliar untuk Perbaiki Jalan

Kompas.com - 01/12/2021, 12:25 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

 

Populasi hanya 100 pasang

Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kupang Erwin, mengatakan, populasinya Elang Flores saat ini hanya tersisa 100 pasang di alam liar.

Menurut Erwin, program adopsi sarang Elang Flores dijalankan oleh tim yang dikomandoi oleh Oki Hidayat, salah satu staf peneliti yang telah meneliti burung-burung yang ada di NTT selama 11 tahun.

Erwin menyebutkan, pada tahun 2021, satu anak Elang Flores telah menetas, tumbuh sehat.

Berdasarkan laporan dari tim di lapangan lanjut dia, anak elang tersebut kini telah mampu berburu makanannya sendiri dan hidup mandiri.

"Ini merupakan sebuah pencapaian besar dan sangat berarti bagi peningkatan populasi jenis ini, yang diperkirakan saat ini hanya tersisa 100 pasang di alam," ungkap Erwin.

Baca juga: Hamili 3 Wanita dalam Setahun, Pemuda di Flores Timur Ditahan Polisi

Keberadaan dan kehidupan Elang Flores di Wolojita, kata dia, merupakan sebuah informasi yang sangat berharga dalam dunia ilmu pengetahuan, khususnya dunia ornitologi.

Sehingga, diperlukan instrumen pencatatan dan pengumpulan data yang tepat baik dari sisi teknik dan metode agar informasi tersebut dapat bernilai secara saintifik.

Model pemantauan, pencatatan dan pelaporan aktifitas Elang Flores yang dilakukan oleh kelompok Jatabara merupakan bentuk citizen science.

Untuk itu, tim memberikan keterampilan dan peningkatan kapasitas kelompok dalam hal pencatatan data di lapangan dalam bentuk pelatihan penggunaan teropong, teknik fotografi burung serta berbagai skills lainnya.

Untuk menguatkan citizen science ini, dibuat pula aplikasi mobile untuk mencatat data habitat, merekam informasi pohon penting, sarang bagi Elang Flores serta simpul database pengamatan catatan perjumpaan.

"Selanjutnya kami juga melakukan ekoliterasi Elang Flores di SDK Wolojita," kata dia.

Baca juga: Guru di Flores Timur yang Cabuli Siswinya Terancam 15 Tahun Penjara

Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk membangun pengetahuan dan kesadaran sejak dini mengenai burung Elang Flores.

"Kami membuat sebuah perangkat berupa activity book Elang Flores, sebuah media bergambar dengan ilustrasi menarik yang diselingi dengan aneka permainan di dalamnya," ujar dia.

Erwin mengatakan, antusisme siswa dan tenaga pendidik begitu tinggi.

"Kami berharap ke depannya buku ini dapat dijadikan salah satu muatan lokal pendidikan konservasi yang berada di dalam kurikulum sekolah," kata Erwin.

Baca juga: Perjuangan Siswa SD di Flores, Tempuh Perjalanan Laut 5 Jam demi Listrik dan Jaringan Internet

Selanjutnya yang tak kalah penting, lanjut Erwin, yaitu pihaknya telah melakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat khususnya kelompok tenun ikat.

Pihaknya mendorong kelompok tenun ikat untuk membuat atau menciptakan motif baru yaitu motif Elang Flores.

Dengan terciptanya motif ini, pihaknya ingin mencoba mensinergikan, mengikat dan menyatukan antara budaya dan pelestarian Elang Flores.

Motif Elang Flores yang berada di tenun ikat, sebagai simbolisasi keterikatan yang kuat Elang Flores dan masyarakat.

"Kami juga perlu sampaikan bahwa kami juga telah mengkomunikasikan karya tenun ikat motif Elang Flores ini kepada Dewan Kerajinan Nasional Daerah Provinsi NTT (Dekranasda). Mereka siap untuk membeli tenun ikat motif Elang Flores karya mama-mama penenun dari Wolojita," ungkapnya.

Baca juga: Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores Gelar Workshop untuk Pelaku Wisata

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com