KOMPAS.com - Konflik bersenjata di Papua antara aparat Indonesia dan milisi pro-kemerdekaan masih terus terjadi.
Masyarakat di sejumlah kabupaten, termasuk Pegunungan Bintang, Intan Jaya, dan Maybrat, meninggalkan tempat tinggal mereka untuk mencari tempat aman.
Jumlah masyarakat yang mengungsi dari konflik ini diyakini berjumlah ratusan hingga ribuan orang. Namun, data soal ini sulit diverifikasi karena akses menuju lokasi konflik yang sangat terbatas.
Pimpinan Komnas HAM yang bertugas atas dasar undang-undang, misalnya, dua kali gagal masuk ke Distrik Kiwirok, Pegunungan Bintang, karena tak mendapat rekomendasi otoritas setempat soal keamanan.
Padahal, konflik antara TNI/Polri dan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) di Kiwirok melibatkan persenjataan perang, salah satunya adalah mortir buatan perusahaan senjata asal Serbia.
Di distrik itu pula, huru-hara pembakaran puluhan fasilitas publik terjadi pada September lalu. Sebanyak sembilan tenaga kesehatan pun diserang sekelompok orang hingga satu di antara mereka kehilangan nyawa.
Sementara di Intan Jaya, seorang anak di bawah umur, seorang perempuan, dan laki-laki paruh baya terkena peluru.
Beberapa di antara mereka tewas seketika. Aparat mengklaim peluru secara tidak sengaja menyasar ke tubuh mereka.
BBC News Indonesia mengumpulkan berbagai kesaksian, baik verbal maupun yang berbentuk audio visual dari berbagai pihak di lokasi-lokasi ini.
Salah satu di antaranya mengungkap adanya pihak ketiga yang diduga berperan dalam konflik ini.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.