Setiap kelompok waktunya hanya setengah jam pertemuan. Setelah kelompok pertama selesai mendapatkan pengajaran, Parmin pindah ke kelompok yang lain.
Materi pelajaran yang dia berikan utamanya untuk siswa kelas IV. Tetapi jika ada siswa dari kelas lain yang mau ikut belajar bersama Parmin pun mempersilakan bergabung.
"Setiap kelompok jatahnya hanya setengah jam. Setengah jam saya pindah sana, setengah jam sana pindah sana. Kurang lebih hampir dua tahun saya keliling memberikan pengajaran anak-anak dari rumah ke rumah. Sekarang anak yang saya didik itu sudah kelas VI," tambah dia.
Tidak ada beban dalam diri Parmin selama mendatangi anak didiknya ke rumah-rumah karena semua fasilitas telah disiapkan orangtua siswa.
Parmin tidak pernah membayangkan metode pembelajaran door to door yang dia lakukan tersebut menjadi perhatian banyak pihak.
Parmin punya alasan, mengajar secara langsung dapat mendidik karakter siswa menjadi lebih baik. Selain itu siswa juga dapat lebih mudah memahami materi pelajaran.
"Saya tidak pernah terpikirkan supaya terkenal. Yang penting anak didik saya tanggung jawab saya. Bisa karakternya baik dan bisa mengikuti pelajaran yang saya berikan," terang pria yang mengawali kariernya sebagai guru honorer di SDN 2 Sumur, Musuk tahun 1984.
Parmin sudah 33 tahun mengajar di SDN Senden. Saking lamanya, Parmin sampai menganggap para anak didiknya di SDN Senden sebagai cucu.
Menurut Parmin orangtua dari anak didiknya sekarang pernah sekolah di SDN Senden.
"Yang saya didik bukan anak lagi. Tapi cucu saya. Kan bapak, neneknya sudah saya didik mulai tahun 1989. Cucunya itu saya didik sekalian. Jadi sudah tiga keturunan. Di sana (SDN Senden) hampir 33 tahun," kata suami Tumiyem (51).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.