BORONG, KOMPAS.com- Menjadi seorang guru yang mengabdi di daerah tertinggal, terdepan dan terluar atau 3T bukanlah sebuah hal yang mudah dilalui.
Namun, Yohana Citra Siu (33), guru SMA Negeri 4 Sambi Rampas, Kecamatan Sambi Rampas, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur membuktikan jika kesulitan-kesulitan itu bisa dipatahkan dengan besarnya semangat pengabdian.
Baca juga: Kodam III Siliwangi Terjunkan 46 Vaksinator, Sasar Desa 3T di Karawang
Yohana Citra mulanya sempat mengajar di SMKN 1 Poco Ranaka selama kurang lebih enam tahun.
Dia kemudian mencoba mengikuti seleksi CPNS Pemerintah Provinisi NTT. Hasilnya, Citra diterima.
"Awal saya ditempatkan di sana, karena pada tahun 2018 mengikuti seleksi CPNS dan puji Tuhan lulus dan pada April 2019 menerima surat menjalankan tugas untuk mengabdi di sana," kata Citra, Senin (29/11/2021).
Citra mengampu pelajaran Bahasa Indonesia. Jumlah murid di sekolahnya tidak sampai 100 orang.
Sebagai guru yang mengajar di daerah 3T, ada suka duka tersendiri yang dia rasakan.
Pengalaman mengajar yang tak ternilai, menurut dia, menjadi hal menyenangkan selama dia mengajar di wilayah 3T.
Baca juga: Kisah Hardyan, Teknisi yang Beralih Jadi Pengusaha Ayam Petelur di NTT, Omzetnya Puluhan Juta Rupiah
Mengajar di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar, tentu saja tak sama dengan sekolah pada umumnya.
Citra harus memutar otak dengan minimnya fasilitas penunjang kegiatan belajar.
Selain itu, setiap hari ia dan teman-teman guru juga harus berjalan kaki ke sekolah dari lokasi kontrakannya dengan memakai sandal jepit.
Sesampainya di sekolah, Citra baru menggunakan sepatunya.
Baca juga: Bertemu Personel Brimob di Manggarai Barat, Kapolri Ingatkan Pentingnya Sinergisitas TNI-Polri