Dalam beberapa tahun terakhir, Kota Bima kerap dilanda banjir ketika hujan deras mengguyur wilayah tersebut.
Bencana banjir itu, kata Jainab, bukan hanya karena curah hujan yang tinggi, dan juga dangkalnya sungai, melainkan ada faktor lain yaitu kerusakan lingkungan.
Menurut dia, tingkat kerusakan alam di Bima dinilai sudah parah.
Baca juga: Wali Kota Batu: Tak Ada Hotel dan Destinasi Wisata yang Rusak akibat Banjir Bandang
Kerusakan alam yang parah itu disebabkan aktivitas pembabatan hutan dan alih fungsi lahan.
Awalnya berupa hutan tetapi kini menjadi lahan pertanian oleh masyarakat untuk bertani tanaman musiman di hulu.
Ini diduga menjadi faktor utama terjadinya tanah longsor dan banjir bandang yang kerap melanda Kota Tepian air itu.
"Dari hasil kajian kami, pembabatan hutan menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir yang melanda permukiman rumah penduduk di Kota Bima. Pembabatan itu menyebabkan hutan menjadi gundul. Hal ini tentu akan berdampak terhadap lingkungan, sehingga semakin berkurangnya pohon yang berguna untuk menyerap air," kata Jainab
Alih fungsi lahan yang terjadi pada sebagian besar hulu sungai-sungai di Bima menurunkan tingkat resapan air.
Baca juga: Kasus Pembangunan Dermaga Tanpa Izin, Wakil Wali Kota Bima Divonis 1 Tahun Penjara
Seharusnya, lanjut Jainab, area lahan produksi hanya digunakan untuk bertani tanaman yang justru menguatkan permukaan tanah.
"Tumbuhan itu penting untuk meningkatkan daya serap air di hulu sungai," jelasnya.