BANYUWANGI, KOMPAS.com - Wilda Yuniar (26), seorang apoteker yang bekerja di industri jamu, selama seharian berada di ruang rapat Sritanjung di salah satu hotel di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (27/11/2021).
Dia mengikuti workshop terkait obat tradisional yang aman, berkhasiat dan bermutu. Acara itu digelar Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Banyuwangi.
Wanita berkacamata ini bekerja di industri obat tradisional di Kecamatan Muncar. Dia yang bertanggung jawab atas semua proses produksi.
Baca juga: Bisnis Jamu Buat Musisi Asal Magelang Bertahan di Tengah Pandemi
Perusahaan tempatnya bekerja beberapa kali dibikin repot karena dugaan pemalsuan produk yang dibuat mirip dengan produknya.
"Banyak tugasnya, ya sesuai alur produksi. Persiapan bahan baku, disortir, ditimbang, dicuci, direbus, pencampuran, filling atau pengisian di botol, pemasangan label dan seal (segel) botol dengan penemasan sekunder, lalu dikardusin. Saya juga harus mengecek PH (kadar air) dan TDS (zat padat terlarut) jamu yang harus memenuhi standar," kata Wilda kepada Kompas.com, Sabtu.
Catatan stok bahan baku maupun produk jadi, serta rekam proses produksi, menjadi jaminan bahwa produknya aman dikonsumsi.
Kadang personel kepolisian datang meminta sampel jamu yang dia produksi, karena ada dugaan mengandung bahan kimia obat (BKO).
Namun, tidak pernah ada tindak lanjut, yang artinya jamu yang ia produksi aman untuk dikonsumsi.
Baca juga: Jamu Kuat untuk UMKM Itu Bernama RPIM
Kondisi seperti itu menguatkan dugaan bahwa ada pihak tidak bertanggung jawab yang meniru kemasan jamunya, namun dengan kandungan yang berbeda.
"Pasti kita enggak pakai BKO. Tapi tidak memungkiri, di luar ada yang meniru. Kita harus hadapi, apoteker harus bertanggung jawab menjelaskan produksi kami dengan catatan kegiatan produksi yang ada," kata dia.
Sementara itu, Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Blambangan, Banyuwangi, Ari Kurnianingsih mengatakan, kandungan BKO dalam jamu sudah memakan korban.
Sejumlah pasien muda tanpa riwayat penyakit mengalami perforasi usus atau lambung, dan harus rutin menjalani cuci darah.
Pihaknya kemudian menelusuri riwayat minum obat pasien, hingga ditemukan bahwa pasien rutin mengonsumsi jamu aduk dari sebuah kios.