Musim hujan kali ini saja sudah empat kali warga terisolasi karena meningkatnya debit air Sungai Prambutan.
"Sudah biasa aktivitas 470 warga di lima RT karena banjir. Kondisi ini sudah terjadi sejak puluhan tahun yang lalu hingga sekarang," kata Burhan.
Letak Padukuhan di sisi selatan ada Sungai Oya, sisi barat tebing, jadi memang sulit untuk mengakses lokasi tersebut.
"Karena dikelilingi sungai, jadi warga disini hampir semuanya bisa berenang. Nah kalau banjir dan kebetulan ada kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan ya lepas baju dan celana berenang menyeberang sungai. Bajunya diangkat gitu," kata Burhan.
Baca juga: Banjir Terjang Kampung di Palopo, Pelajar Batal ke Sekolah
Lurah Banyusoco Damanhuri menambahkan, letak Dusun Dungwanglu berada di daerah aliran sungai sehingga potensi banjir tidak bisa dihindarkan.
"Air dari Playen, Paliyan dan Wonosari masuk ke Kali Prembutan," kata Damanhuri.
Menurut dia, upaya untuk meninggikan crossway sudah pernah dilakukan tapi hal itu tetap tidak membantu saat debit air meninggi.
"Hanya satu cara, yakni membangun jembatan. Untuk membangun satu jembatan saja mungkin sekitar Rp 500 juta. Di sisi anggaran dari dana desa tidak memungkinkan. Untuk status jalan tersebut memang jalan desa," kata Damanhuri.
Baca juga: Senin Pagi, Banjir di Kota Tebing Tinggi Belum Juga Surut
Upaya untuk mendorong dibangunnya jembatan sudah diupayakan berulang kali, tapi hingga saat ini belum ada tindak lanjut hingga kini.
"Sering ditinjau dari Kabupaten, tetapi sampai sekarang belum ada tindaklanjut. Semoga ke depan segera ada solusi bagi warga kami," kata Damanhuri.