Taman Nasional Bogani Nani Wartabone merupakan salah satu habitat terbaik yang masih tersisa.
“Habitat burung maleo adalah hutan primer dan sekunder, maleo dewasa secara berpasangan akan dating ke lokasi peneluran yang spesifik,” kata Kepala Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Supriyanto.
Supriyanto menjelaskan lokasi peneluran atau nesting ground maleo berupa lokasi yang memiliki sumber panas bumi alami.
Panas bumi ini yang membantu proses inkubasi telur maleo.
“Burung maleo meletakkan telurnya di dalam tanah hangat yang dekat sumber air panas, atau di pasir pantai yang hangat oleh penyinaran matahari,” tutur Supriyanto.
Baca juga: KLHK Tetapkan 21 November Sebagai Hari Maleo Sedunia
Uniknya lagi, setelah bertelur sepasang maleo ini akan Kembali ke dalam hutan.
Dalam setahun burung ini dapat bertelur sebanyak delapan sampai 12 kali yang mereka lakukan dalam dua hingga tiga bulan.
Di hutan mereka sangat sensitive dan pemalu, sehingga banyak peneliti atau masyarakat yang kesulitan menjumpai secara langsung.
Salah satu perilaku unik burung ini adalah kebiasaan dalam bertelur.
Sepasang maleo akan mengunjungi kawasan peneluran, keduanya bergantian menggali tanah atau pasir, sementara yang tidak bertugas menggali akan berjaga-jaga memantau sekitar.
Jika ada predator atau manusia yang datang, mereka langsung kabur bersamaan.
Setelah dirasakan cukup dalam menggali, maleo betina segera mengeleluarkan telurnya, memastikan letaknya yang pas dan segera menimbun kembali dengan tanah atau pasir.
Baca juga: Sejumlah Anak Burung Maleo Mati Akibat Terendam Banjir di Gorontalo
Telur ini tidak pernah dikunjungi lagi, mereka sepenuhnya mengharapkan kemurahan alam untuk mengeraminya hingga menetas.
Kedalaman tanah untuk meletakkan telur tidak seragam, adakalanya hanya ditemukan pada kedalaman 20 sentimeter, bahkan ada yang 1 meter.
Maleo induk akan mendeteksi suhu panas bumi (diduga menggunakan tonjolan di kepalanya) sehingga mendapatkan suhu ideal untuk yang dibutuhakn untuk mengerami telurnya.
Dari hasil pengalaman staf lapangan Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dan Wildlife Conservation Society (WCS) proses bertelur burung ini membutuhkan waktu antara beberapa menit hingga lebih dari satu jam.