Menurut Sungkono, sikap toleran dan saling menjaga kerukunan yang diwariskan nenek moyang penduduk kampung, juga tercermin dari sikap masyarakat ketika ada penduduk yang meninggal dunia.
Saat mengetahui ada penduduk yang meninggal dunia, warga secara spontan membantu prosesi pemakaman, tanpa mengabaikan prosesi perawatan jenazah yang diyakini pemeluk agama masing-masing.
"Kalau ada yang meninggal, semua ikut membantu, tidak membeda-bedakan. Sudah jadi kebiasaan, kalau ada orang kristen meninggal, orang Islam yang menggali makam. Demikian pula sebaliknya," kata Sungkono.
Baca juga: Kisah dari Pusong Lama Aceh, Merawat Kebhinekaan dengan Toleransi Beragama
Menurut Pendeta Sulaiman, tokoh pemeluk agama Kristen Dusun Ngepeh, toleransi antar umat beragama di Dusun Ngepeh bukan sekadar slogan maupun kata-kata.
Kerukunan dan sikap saling gotong royong, sangat terasa saat ada yang meninggal dunia, saat ada warga yang menggelar hajatan, maupun saat masing-masing pemeluk agama menjalankan ibadah.
Dalam hal ada warga meninggal dunia, tutur Sulaiman, mayoritas penduduk ikut berpartisipasi dalam pemakaman, meski orang yang meninggal dunia memiliki agama atau keyakinan yang berbeda.
"Kalau ada orang meninggal, bisa dikatakan 95 persen warga disini datang untuk melayat. Kemudian waktu kegiatan masing-masing agama, mereka tidak mau mengusik satu sama lain. Sama-sama saling menghormati," tutur Sulaiman.
Penyataan senada disampaikan Wijiono, pemeluk agama Hindu sekaligus pengurus Pura di Dusun Ngepeh. Menurut dia, bentuk kerukunan yang terus berlangsung hingga kini, tidak hanya pada hubungan keseharian antar tetangga.
"Toleransi dan kerukunan umat beragama di sini sangat baik. Terutama ketika ada warga yang meninggal, baik itu Muslim, Hindu atau Kristen, semua umat bisa melayat," ungkap dia.
Baca juga: Sejarah Hari Toleransi Internasional dan Cara Melawan Intoleransi
Ahmad Suwignyo, pemeluk agama Islam menuturkan, perbedaan agama yang dianut warga Dusun Ngepeh, tidak menjadi penghalang hubungan antar keluarga maupun tetangga.
Sikap saling guyub dan rukun, saling toleran hingga saling dukung kepada masing-masing pemeluk agama, sudah menjadi sikap yang mendarah daging di kalangan warga Dusun Ngepeh.
"Ada tiga komunitas agama, selama ini gak ada masalah apa-apa. Di sini tetap kondusif, aman. Saling menghormati satu sama lain, saling mendukung," ungkap bapak empat anak ini.
Laki-laki yang juga pengurus Mushalla Nurul Ula di sebelah rumahnya ini mengatakan, toleransi antar umat beragama di Dusun Ngepeh, terwujud dalam berbagai bentuk. Salah satunya, saat menyikapi adanya kabar duka.
Baca juga: Kasus Perusakan Makam di Solo, Kapolresta: Toleransi Harus Hidup dan Ditegakkan
Tanpa memandang agama dari penduduk yang meninggal dunia, pengumuman atau kabar duka di kampung tersebut dilakukan melalui pengeras suara di Mushalla.
"Kalau ada yang meninggal dunia, siapa pun itu, pengumuman juga dilakukan di Mushalla. Kebetulan pengeras suara di Mushalla ini ada di tengah-tengah perkampungan," ujar Suwignyo.
Potret kerukunan dan toleransi yang tersaji di Dusun Ngepeh tidak hanya pada perilaku masyarakat dalam kehidupan kesehariannya.
Satu lahan pemakaman untuk 3 pemeluk agama juga ada di kampung ini. Kompleks makam untuk penduduk Dusun Ngepeh, berada di sebelah timur wilayah dusun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.