Dengan harga itu, lanjut Karaen, bisa dipastikan petani merugi.
Padahal petani harus mengeluarkan modal besar untuk pembelian bibit, pupuk, dan pestisida yang harganya terus merangkak naik.
"Petani jelas merugi, untuk biaya operasional saja mungkin enggak balik. Bayangkan bibit, pupuk termasuk biaya perawatan lainnya, semua mahal. Harganya terus naik, tak sebanding dengan hasil panen," ujarnya.
Ia menyebutkan, terjunnya harga bawang merah terjadi dalam beberapa bulan terakhir.
Mereka pun khawatir jika tidak ada campur tangan dari pemerintah untuk menyetabilkan harga, petani bakal semakin terjerembab kedalam kerugian yang lebih parah.
"Makanya kita turun demo sekarang, menuntut dukungan pemerintah biar harga dari petani bisa normal, sehingga produksi kita maksimal," tuturnya
Baca juga: UPDATE Covid-19 di Jatim, DIY, Bali, NTB, NTT, Kalbar, dan Kalsel 17 November 2021
Pantauan Kompas.com, hingga 14.30 WITA ratusan petani bawang masih berada di kantor bupati sambil menungu ada pejabat berwenang yang mau menerima mereka.
Dalam aksinya, tampak petani ini melakukan aksi protes sambil merusak kantor bupati.
Kaca-kaca di kantor itu pun pecah akibat dilempari para pengunjuk rasa.
Pos penjagaan pun juga tak luput dari sasaran amukan masa.
Arus lalu lintas di depan kantor bupati juga lumpuh total akibat diblokade massa hingga terjadi kemacetan panjang.
Sementara Kapolres Bima bersama ratusan anggotanya tampak berjaga-jaga mengamankan suasana.
Tak lama kemudian, Wakil Bupati Bima, Dahlan M Noer datang menemui massa aksi.
Mereka pun akhirnya diajak berdialog mencari solusi terkait harga bawang merah yang dikeluhkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.