Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polemik dan Keresahan Warga Tengger soal Kawasan TNBTS yang Digadang-gadang Jadi "Bali Baru"

Kompas.com - 18/11/2021, 06:00 WIB
Ghinan Salman,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

 

Hidup di zona-zona tertentu

Menurut Lila, warga Tengger menyadari kebijakan pemerintah ini akan berdampak pada mereka.

 

Dengan adanya pariwisata dan pembangunan fasilitas wisata penunjang yang sedang berjalan saat ini, pemerintah selalu mengklaim pembangunan tersebut untuk meningkatkan ekonomi masyarakat Tengger.

"Tapi menurut kami, itu tidak bisa dijawab sesederhana itu," kata dia.

Ketika wilayah hidup masyarakat adat Tengger ditetapkan menjadi taman nasional pada 1982 silam, ada penetapan zonasi yang membuat orang Tengger tidak leluasa membuka atau memperluas lahan mereka.

Kini, masyarakat Tengger yang lebih dulu mendiami wilayah tersebut hanya diperbolehkan tinggal dan berladang di zona tertentu.

Baca juga: Seekor Elang Jawa dan Elang Ular Bido Dilepasliarkan di Kawasan Bromo Tengger Semeru

"Karena bertani bagi orang Tengger itu, selain secara kultural (dianggap sakral), mereka juga berusaha untuk menyelamatkan tanah mereka," kata Lila.

"Dan dengan adanya taman nasional ini pun, masyarakat Tengger ini kan sudah tidak bisa lagi memperluas wilayahnya untuk pertanian dan lain sebagainya. Mereka harus hidup di zona-zona tertentu, di dalam kawasan taman nasional," imbuh dia.

Saat ini, lanjut Lila, lahan milik masyarakat Tengger semakin sempit dengan adanya pariwisata. Tanah-tanah mereka pun juga semakin sedikit.

Pembangunan proyek wisata seperti jembatan kaca, glamping, home stay dan restoran, itu membuat masyarakat Tengger tidak leluasa untuk merawat tanah leluhur mereka.

"Dengan adanya wisata itu, banyak orang yang mulai menyewakan tanah mereka. Memang tidak dibeli, tapi menyewakan. Tapi tanah disewa dalam bentuk sudah bertahun-tahun, yang akhirnya orang Tengger akan semakin sedikit mempunyai tanah di sana," kata Lila.

Baca juga: Mengenal Suku Tengger di Kawasan Bromo, Peradaban sejak Zaman Majapahit

Dampak dari adanya pembangunan proyek wisata di dalam kawasan TNBTS ini tidak hanya mengakibatkan erosi ekologi, namun juga erosi kultural.

Ia menilai, secara aturan proyek wisata dalam kawasan TNBTS tidak melanggar, tetapi mengabaikan etika lingkungan.

Pembangunan proyek wisata di tanah masyarakat adat Tengger ini juga bertentangan dengan nilai-nilai spiritual dan budaya yang dianut warga Tengger selama ini.

"Karena kalau ngomong lingkungan, kan tidak hanya ngomongin soal tanaman atau hewan yang ada di sana. Tapi juga manusia dan keberlangsungan hidupnya di masa depan," tutur Lila.

Namun, kata Lila, masyarakat Tengger memiliki sikap memendam dan menghindari konflik.

Meski demikian, diamnya orang Tengger ini tidak dapat diartikan bahwa mereka bisa menerima begitu saja dengan segala bentuk perubahan di wilayah tempat tinggal orang Tengger.

Warga Tengger menilai pembangunan proyek wisata tidak bagi bagi keberlangsungan hidup masyarakat setempat. Namun, mereka tak bisa berbuat banyak.

"Dari jawaban salah seorang warga lokal, ketika ditanya tentang pembangunan (proyek wisata) di sana, mereka hanya menjawab, 'Kami bisa apa? Kami hanya orang kecil'," tutur Lila.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Banda Aceh Hari Ini, 30 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Banda Aceh Hari Ini, 30 Maret 2024

Regional
Lokasi dan Jadwal Penukaran Uang Baru di Ambon untuk Lebaran 2024

Lokasi dan Jadwal Penukaran Uang Baru di Ambon untuk Lebaran 2024

Regional
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Tanjung Pinang Hari Ini, 30 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Tanjung Pinang Hari Ini, 30 Maret 2024

Regional
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Batam Hari Ini, 30 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Batam Hari Ini, 30 Maret 2024

Regional
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Pekanbaru Hari Ini, 30 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Pekanbaru Hari Ini, 30 Maret 2024

Regional
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Padang Hari Ini, 30 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Padang Hari Ini, 30 Maret 2024

Regional
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi Aceh, 30 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi Aceh, 30 Maret 2024

Regional
Libur Lebaran, Sandiaga Uno Minta Masyarakat Tak Gunakan Motor

Libur Lebaran, Sandiaga Uno Minta Masyarakat Tak Gunakan Motor

Regional
Jelang Lebaran, Penumpang Pesawat di Bandara SSK II Pekanbaru Mulai Melonjak

Jelang Lebaran, Penumpang Pesawat di Bandara SSK II Pekanbaru Mulai Melonjak

Regional
Bupati Siak Ajak Masyarakat Tingkatkan Takwa lewat Perbanyak Zakat, Infak, dan Sedekah

Bupati Siak Ajak Masyarakat Tingkatkan Takwa lewat Perbanyak Zakat, Infak, dan Sedekah

Regional
Piknik ke Pantai Glagah, Seorang Anak Tewas Tenggelam

Piknik ke Pantai Glagah, Seorang Anak Tewas Tenggelam

Regional
Pengusaha Atambua Buat Surat Terbuka untuk Jokowi Mengaku Diperas Kapolres Belu

Pengusaha Atambua Buat Surat Terbuka untuk Jokowi Mengaku Diperas Kapolres Belu

Regional
Langgar Aturan Jam Buka, Satpol PP Kota Semarang Segel 4 Tempat Hiburan Malam

Langgar Aturan Jam Buka, Satpol PP Kota Semarang Segel 4 Tempat Hiburan Malam

Regional
Rute dan Tarif Bus Pahala Kencana Executive Jakarta-Banyuwangi

Rute dan Tarif Bus Pahala Kencana Executive Jakarta-Banyuwangi

Regional
Video Viral Ketua DPRD Solok Acungkan Pisau Saat Pimpin Sidang

Video Viral Ketua DPRD Solok Acungkan Pisau Saat Pimpin Sidang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com