Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Cerita tentang Bupati Banyumas yang Ogah Di-OTT KPK dan Bupati Jember yang Bangun Lapangan Golf

Kompas.com - 17/11/2021, 12:27 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Memegang teguh UUD 1945 artinya semua tindakan dan pikiran kepala daerah berjiwakan semangat UUD 1945, mulai dari pembukaan hingga semua pasal-pasalnya. 

Pembukaan UUD 1945 saja sudah mengandung pokok-pokok pikiran yang sifat dan maknanya sangat dalam. Di antaranya, negara (termasuk pemerintahan lokal seperti kabupaten) melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia berdasarkan persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Adil berarti tidak memperkaya diri dan kelompoknya dengan merugikan orang lain atau warga di daerahnya

Menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada masyarakat, nusa, dan bangsa juga mengandung penjabaran dalam tataran praksis bahwa pemerintahan yang dijalankan tidak boleh menyimpang dari peraturan dan undang-undang. Termasuk di dalamnya undang-undang pemberantasan tindak pidana korupsi.

Jadi sangat tidak masuk akal jika ada kepala daerah yang galau dengan OTT  KPK. Sepanjang kepala daerah bekerja dengan benar dan sesuai prosedur, tidak menyimpang dari aturan apalagi tidak tergoda dengan “permainan” komisi proyek maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

OTT KPK hanya menyasar kepala daerah yang korup dan menjadi makelar proyek seperti sejumlah kepala daerah yang telah dicokok lembaga anti-rasuah tersebut.

Seorang kepala daerah bisa resah, merasa gelisah, tidak fokus dengan janji-janji kampanye serta melupakan visi misinya ketika kampanyenya dulu karena memang ada sesuatu yang tidak beres terkait penyimpangan yang telah dilakukan.

Lain Banyumas, lain Jember

Sejak 2003 Jember, Jawa Timur, dikenal dengan gelaran fashion show di jalanan yang masyhur dengan nama Jember Fashion Carnaval yang digagas sosok anak muda bernama Dynan Farriz.

Justru di Jember sekarang ini praktik-praktik kepemimpinan lokalnya tidak patut diteladani.

Jember Fashion Carnaval menjadi ajang tahunan yang cetar membahana karena mirip dengan ajang Rio Carnival di Rio de Janeiro, Brazil, Mardi Gras di New Orleans, dan Carnival of Santa Cruz de Tenerife di Kepulauan Canary.

Ide Jember Fashion Carnaval murni datang dari mendiang Dynan usai kuliah mode di Paris.

Sebaliknya, gaya kepemimpinan Bupati Jember Hendy Siswanto kerap menuai kontroversi, terutama terkait penggunaan uang rakyat.

Sebelumnya, kebijakan Bupati Jember sempat membuat heboh karena ia mengutip Rp 100 ribu untuk setiap warga Jember yang meninggal karena Covid-19.

Padahal, sebagai bupati ia sudah mendapat gaji dan tunjangan di luar gaji. Total honor yang diterima setiap bulan sempat menyentuh angka Rp 70,5 juta.

Puncak angka kematian di Jember akibat Covid-19  di Juni-Juli-Agustus 2021 menjadi puncak penghasilan bupati. Semakin tinggi angka kematian, otomatis honor monitoringnya juga besar.

Padahal sebagai bupati, Hendy tidak terlibat menggotong jenazah, tidak terlibat dalam pemulasaraan jenazah, apalagi ikut menggali liang kuburan dengan mengenakan baju hazmat.

Keberatan dari semua kalangan menyebabkan Bupati Jember ini malu hati dan akhirnya mengembalikan honor yang diterimanya.

Baca juga: Jawab Kritik PKB soal Honor Rp 70 Juta Pemakaman Covid-19, Bupati Jember: Sekali Lagi Kami Mohon Maaf

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com