PONTIANAK, KOMPAS.com - Banjir di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar) diklaim mulai surut. Namun, masih ada puluhan ribu warga terdampak yang mengungsi.
Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Kapuas, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Remran mengatakan, berdasarkan analisis dari akhir Oktober hingga awal November 2021, terjadi curah hujan tinggi.
Curah hujan rata-rata mencapai 294 milimeter, sehingga menghasilkan debit air 15.800 milimeter kubik per detik.
"Sedangkan kemampuan sungai hanya mampu menampung 12.300 milimeter kubik per detik, selisih 3.500 milimeter kubik per detik, sehingga meluap," kata Remran saat ditemui, Senin (15/11/2021).
Baca juga: Update Banjir Sintang Kalbar: Air Mulai Surut, 32.919 Warga Masih Mengungsi
Selain itu, berdasarkan topografinya, aliran Sungai Kapuas berkelok-kelok dan terdapat cekungan, sehingga mengakibatkan air tertampung dan lamban surut.
"Jadi kita setuju adanya deforestasi, tapi banyak variabel lain juga yang menyebabkan banjir," ucap Remran.
Sebelumnya, Remran menuturkan, sebanyak 969.000 hektare kawasan daerah aliran sungai (DAS) di Kalimantan Barat (Kalbar) kritis dan rusak.
Hal tersebut dinilai menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya banjir dalam sebulan terakhir.
“Secara global, ada sekitar 969.000 hektare daerah aliran sungai di Kalbar mengalami kerusakan lahan dan kritis. Paling besar adalah DAS Kapuas,” kata Remran.
Baca juga: Pengungsi Bencana Banjir Sintang Mulai Terserang Gatal dan Diare, Air Bersih Kurang
Sebagai informasi, ada empat DAS prioritas di Kalbar, DAS Kapuas seluas 9.659.789 juta hektare, DAS Pawan 1.144.425 juta hektare, DAS Sambas 746.414 hektare, dan DAS Mempawah 181.382 hektare.
Daerah yang paling luas tentunya DAS Kapuas, DAS ini melintasi tujuh kabupaten dan kota, yakni Kota Pontianak, Kabupaten Landak, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Melawi, Kabupaten Sintang dan Kabupaten Kapuas Hulu.
Remran menyebutkan, Danau Sentarum Kapuas Hulu telah mengalami degradasi atau kerusakan, salah satunya akibat ahli fungsli lahan, karena masih banyak eksploitasi sumber daya alam di sektor pertambangan dan perkebunan
“Kalau dilihat dari topografi, di hulu DAS itu ada cekungan, nah itu sudah mengalami degradasi akibat dari pembukaan lahan,” ujar Remran.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.