Sementara Sudadi, salah satu inisiator pembudidaya porang di Desa Tukang, mengatakan porang memiliki daya tarik ekonomi.
"Pemasarannya juga terhitung mudah karena ada perusahaan yang mengambil langsung. Ini juga untuk memenuhi pangsa pasar ekspor ke beberapa negara lain," jelasnya.
Pangsa pasar porang masih terbuka, karena antara permintaan dan stok tidak seimbang.
Permintaan sangat banyak, tapi yang tersedia belum seberapa, sehingga sangat menjanjikan jika bisa memenuhi permintaan.
Baca juga: Harga Porang di Jatim Anjlok, Petani Mengadu ke Dewan hingga Minta Bantuan Pemprov
Porang yang dimanfaatkan sebagai olahan makanan, telah dilakukan sejak 1976 oleh sebuah perusahaan di Surabaya.
"Jadi meski baru beberapa saat ini ngetren, tapi olahan porang ini sudah dilakukan sejak lama. Sekarang berkembang juga dimanfaatkan untuk farmasi dan kosmetik juga," paparnya.
Sudadi mengatakan saat ini berkisar antara Rp 6.000 hingga Rp 7.000.
"Naik turun itu hal yang wajar, tapi itu memang cenderung stabil dan masih menguntungkan," ungkapnya.
Mengenai potensi porang untuk dikembangkan di Kotawaringin Barat, Sudadi menilai sangat bagus.
"Lahan di sana didominasi gambut, jadi secara kontur tanah sangat baik. Tumpamg sari juga bisa selama porang bisa mendapat sinar matahari langsung," kata Sudadi.
Baca juga: Hutan Banyak Ditanami Porang, Kota Madiun Terancam Bencana Banjir Kiriman
Bupati Kotawaringin Barat Nurhidayah menyampaikan kunjungan ke Desa Tukang untuk belajar mengenai budidaya porang.
"Kita lihat porang di desa ini berhasil meningkatkan kesejahteraan warga, sehingga kami berharap bisa diaplikasikan di Kotawaringin Barat," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.