NUNUKAN, KOMPAS.com – Kompi Brahma IV dijuluki pasukan paling beruntung dalam peristiwa konfrontasi RI – Malaysia.
Pasukan yang dipimpin Letnan Sugiharto ini jarang bertemu musuh bahkan tidak pernah menembakkan peluru mereka selama tugas di garis depan musuh.
"Sekitar tiga tahun kami berada di penugasan Konfrontasi, kami tidak pernah tembakkan peluru bagi musuh. Komandan kami memiliki sebuah amalan dan memiliki keris yang diyakini bertuah," ujar La Ando (77), salah satu veteran sukarelawan Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL), Rabu (10/11/2021).
Pria kelahiran Buton, Sulawesi Tenggara, ini masih terlihat bugar di usia senjanya.
Namun, sesekali ceritanya berhenti karena harus mengingat peristiwa yang terjadi dengan slogan Ganyang Malaysia.
Baca juga: Kisah Gabriel, Sukarelawan KKO Dalam Konfrontasi RI-Malaysia, Kini Terbaring Tak Berdaya
Saat itu, La Ando diberi tugas sebagai caraka atau pembawa pesan bagi Komandan Kompi IV Brahma, Letnan Sugiharto.
Kompi ini juga dibawahi oleh letnan Andi Samsul sebagai komando Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) saat itu.
"Banyak pertempuran yang kami lewati, yang paling mengerikan pada saat pertempuran di Sekalayan, pasukan kita dibombardir Malaysia melalui Kapal Perang. Rudal ditembakkan dari arah laut, semua kocar kacir, banyak yang gugur tapi pasukan kami masih bisa lolos semua," lanjutnya.
Keberuntungan Kompi IV Brahma diakui La Ando tidak masuk akal, karena banyak serbuan musuh bisa dihindari, bahkan mereka sebagai pasukan penyapu juga tidak pernah berhadapan langsung dengan musuh.
Mereka justru lebih sering berperan sebagai pasukan pelapis.
Ketika pasukan lain sudah bergerak maju menyerang musuh, pasukan mereka yang datang belakangan tidak berkesempatan memuntahkan amunisinya.
"Padahal kami dibekali senjata FN Short buatan Belgia. Ada 25 peluru dalam senjata itu kalau tidak salah, tapi tidak ada kesempatan kami menembak musuh," katanya.
Baca juga: Kisah Sumiasih, Veteran Pembawa Amunisi untuk Pejuang Saat Perang Kemerdekaan
Seluruh pertempuran yang diikuti La Ando mulai di Sebuku sampai peristiwa Sekalayan Tempur, semua diikuti tanpa sempat menggunakan senjata.
La Ando dan rekan seperjuangannya bahkan tidak pernah menderita luka.
"Memang tidak masuk diakal karena misi kami seakan lancar saja. Kami bisa menerobos pertahanan musuh di sela pertempuran yang terjadi. Kami percaya itu berkat tuah komandan kompi kami," kata La Ando.