Di tempat tersebut, Samiyah menjual minuman seperti kopi, mie instan, hingga rokok eceran.
Sehari-hari, Samiyah biasa mendapatkan uang Rp 50.000 dari berjualan.
Uang itu biasanya digunakan kembali untuk membeli minyak tanah dan barang dagangan.
Sebab, untuk melayani pembeli, Samiyah menggunakan sebuah kompor minyak tanah.
Kadang, Samiyah juga menerima barteran nasi bungkus yang ditukar dengan kopi.
"Itu ada nasi yang titip langsung tak bayar sama kopi. Nanti nasi itu bisa saya makan sendiri," ucap dia.
Baca juga: Kembangkan Potensi Surabaya, Eri Cahyadi Gandeng 6 Perguruan Tinggi
Samiyah mengaku tak memiliki kartu identitas.
Nenek itu pernah terjaring penertiban Satpol PP Pemkot Surabaya karena dinilai melanggar aturan.
Sejak saat itu, berkas kependudukan (KTP) Samiyah disita oleh petugas.
"Saya lupa tahun berapa yang diobrak itu, tapi dulu KTP-ku dibawa Satpol PP. Sengaja enggak aku urus karena tak ada biaya," kata dia.
Samiyah saat ini tak berharap banyak dari kehidupannya.
Dia sudah merasa bersyukur lantaran dikaruniai kesehatan dan bisa berjualan lagi.
(KOMPAS.com/ Kontributor Surabaya, Muchlis)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.