Sumiasih mengaku pernah tertangkap tentara Jepang dalam perjalanan mengantar amunisi untuk pejuang Indonesia.
Beruntung, tentara Jepang yang menangkapnya tersebut tidak sampai menggeledah barang bawaannya.
"Saya tidak digeledah. Jadi peluru yang saya bawa aman," kata dia.
Baca juga: KAI Sumut Sediakan 467 Tiket Kereta Gratis untuk Pahlawan Masa Kini
Sumiasih merasa lega setelah berhasil lolos dari sekapan musuh. Ia kembali melanjutkan perjalanan mengantar amunisi kepada pejuang Indonesia.
Indonesia telah merdeka. Tapi, kehidupan Suamiasih masih jauh dari kesejahteraan. Sumiasih tinggal di rumah berukuran 56 meter persegi.
Sumiasih hidup sebatang kara. Suaminya Purwadi meninggal dunia tahun 2.000. Sedangkan putra angkatnya Joko Santoso meninggal tahun 2018 karena sakit.
Sumiasih kini dirawat tetangganya, Endah Swasono Retno (60). Kebutuhan sehari-hari Sumiasih disiapkan Endah. Mulai dari kebutuhan makan, minum hingga mandi.
Baca juga: Hari Pahlawan, Guru, Nakes dan Veteran Bisa Naik Kereta Api Gratis
Endah mengaku merawat Sumiasih sejak 2009. Ia merasa kasihan dengan Sumiasih diusianya yang sudah tua hanya tinggal sendiri di rumah.
"Kebetulan rumah saya dekat. Setiap pagi jam 6 sarapan saya siapin. Siang masak dan nyiapin makan siang. Sore saya mandikan dan menyiapkan makan malam," kata Endah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.