Ketua RT Ungkap Sosok Terduga Teroris yang Ditangkap di Gresik: Pendiam tapi Suka Kasih Petuah Agama

GRESIK, KOMPAS.com - Seorang terduga teroris yang diamankan Densus 88, AS (44), warga Kompleks Perumahan Kota Baru Driyorejo (KBD), Gresik, Jawa Timur selama ini dikenal kerap memberi petuah agama.

Ketua RT 01 Kompleks Perumahan KBD, Sarpan mengatakan, AS baru tiga tahun terakhir menempati rumah tersebut.

Rumah itu merupakan milik mertua AS yang telah dihuni sejak 10 tahun lalu.  AS dengan istri dan anak-anaknya tinggal bersama mertuanya.

Baca juga: Densus 88 Sita Barang-barang Ini dari Rumah Terduga Teroris di Gresik

Sarpan mengungkapkan, terakhir kali bertemu dengan AS saat kegiatan kerja bakti membersihkan Balai RT yang dilakukan pada akhir pekan kemarin.

Ia sempat berbincang dengan AS meski itu berlangsung singkat.

"Kemarin ya sekadar sapa saja, sebab orangnya memang agak pendiam. Tapi kalau sudah ngomong, biasanya agamis, suka kasih petuah-petuah agama gitu," kata Sarpan, Selasa.

Menurutnya, AS cenderung pendiam dibandingkan mertuanya. Namun AS tetap aktif mengikuti sejumlah kegiatan di lingkungan. 

"Kalau tidak diajak ngomong ya tidak ngomong, beda dengan mertuanya. Meski kalau ada kegiatan, kerja bakti maupun rapat RT misalnya, dia tetap ikut," ujar Sarpan.

Ia menuturkan, AS awalnya sudah mengontrak rumah sendiri bersama RIR (istri) serta keempat anak mereka berinisial AF, FB, KIA dan ZIH, yang juga berada di Kompleks Perumahan KBD,  tepatnya di dekat Tempat Pemakaman Umum (TPU) Ngadung.

Baca juga: Terduga Teroris yang Ditangkap di Gresik Berasal dari Lamongan, Ketua RT: Sudah 3 Tahun Tinggal di Situ...

Namun sejak mertua lelakinya terserang penyakit stroke, AS bersama istri dan anak-anaknya memilih untuk tinggal bersama mertuanya.

Sehari-hari, pria kelahiran Lamongan itu bekerja sebagai tukang servis dan juga jasa jual-beli laptop.

Sarpan mengatakan, dirinya tidak menyangka ketika ada petugas menggeledah rumah AS yang ditempati bersama mertuanya.

Selaku Ketua RT, ia diberi informasi bahwa AS merupakan salah seorang terduga teroris.

"Saya juga kaget, pas lihat ada petugas kepolisian tadi. Kemudian karena saya adalah ketua RT, saya dipanggil dan diberitahu, jika dia terduga teroris. Terus terang saya tidak menyangka," ucap Sarpan.

Dalam penggeledahan di rumah AS, Sarpan mengatakan, petugas membawa beberapa buku-buku yang sepintas dilihat olehnya seperti buku bacaan tentang jihad.

Ada pula laptop, handphone, dan sepeda motor yang turut diamankan sebagai barang bukti. 

KOMPAS.COM/HAMZAH ARFAH Tempat tinggal terduga teroris di kompleks perumahan Kota Baru Driyorejo (KBD), Gresik, Selasa (9/11/2021).

Sarpan menceritakan dirinya sempat meminta bantuan perbaikan kepada AS saat laptopnya mengalami kendala beberapa waktu lalu.

Saat perbaikan dilakukan, Sarpan memilih untuk menunggu sambil berbincang dengan AS.

"Laptop saya sempat trouble dan saya bawa ke situ. Dibantu sama dia, kebetulan saya tunggu sambil tak ajak ngobrol dan sekitar satu jam-an itu sudah selesai dan bisa digunakan lagi," kata Sarpan.

Ia menuturkan, beberapa tetangganya juga kerap meminta bantuan perbaikan laptop kepada AS. 

"Tetangga sini kalau betulin laptop ya ke dia, karena memang buka servis laptop. Kebetulan saat kemarin saya tungguin, sempat saya tanya lulusan universitas mana, dia hanya jawab belajar (perbaiki laptop) secara otodidak, memang tidak banyak omong," tutur Sarpan.

Baca juga: Densus 88 Tangkap Terduga Teroris di Gresik, Diamankan Saat Antar Anak ke Sekolah

Istri Tertutup

Istri AS, RIR, selama ini juga dikenal sebagai sosok yang tertutup. 

"Kalau istrinya malah sangat pendiam, jarang keluar rumah soalnya. Mungkin juga karena punya anak kecil," tutur salah seorang tetangga, Lutiningrum.

Menurutnya, sikap RIR yang pendiam sangat berbeda dengan orangtuanya yang terbuka dan kerap berinteraksi dengan para tetangga.

Termasuk, mengikuti kegiatan yang biasa digelar seperti arisan dan yasinan. 

"Dia (RIR) tidak pernah ikut, beda dengan ibunya. Kalau yang ikut arisan dan yasinan itu ibunya, dia tidak pernah. Kalau yang laki (AS), mungkin bapak-bapak yang lebih paham," kata Lutiningrum.