BLITAR, KOMPAS.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda kembali mengeluarkan peringatan potensi bencana hidrometeorologi akibat tingginya curah hujan di sebagian wilayah Jawa Timur hingga akhir Februari 2022.
Kepala BMKG Juanda Taufik Hermawan mengingatkan perihal potensi cuaca ekstrem di sebagian besar wilayah Jawa Timur akibat datangnya puncak musim hujan mulai Desember 2021 hingga akhir Februari 2022.
Taufik mengatakan, berdasarkan data dan pengalaman selama 10 tahun terakhir, puncak musim hujan di wilayah Jawa Timur termasuk Blitar selalu terjadi dalam tiga bulan mulai Desember hingga akhir Februari.
Meski pada Desember, efek La Nina mulai menurun.
"Wilayah Jawa Timur itu puncak musim hujannya selalu berada pada Desember, Januari dan Februari. Jadi, meskipun efek La Nina mulai surut tapi puncak musim hujan datang," ujar Taufik saat berkunjung ke Blitar, Selasa (9/11/2021).
Baca juga: Waspada Ancaman La Nina, BPBD Cianjur Ingatkan Warga yang Masih Tinggal di Zona Merah Bencana
Menurut Koordinator BMKG Jawa Timur itu, cuaca ekstrem yang meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi harus diwaspadai selama puncak musim hujan.
Seperti banjir bandang dan longsor, terutama di wilayah pegunungan dan perbukitan.
Cuaca ekstrem, kata Taufik, juga berupa hujan deras disertai angin kencang yang tidak hanya mengancam area perbukitan tapi wilayah lain dengan kontur permukaan tanah yang datar.
Baca juga: Waspada La Nina, Pemkot Surabaya Siagakan Personel Penanggulangan Bencana
Pada kesempatan yang sama, Kepala Stasiun Klimatologi Malang Anung Suprayitno mengatakan cuaca ekstrem akibat tingginya curah hujan di sebagian besar wilayah Jawa Timur memiliki durasi yang cukup panjang mulai akhir Oktober lalu.
Panjangnya durasi cuaca ekstrem yang meningkatkan resiko bencana hidrometeorologi, kata dia, disebabkan oleh dampak dari fenomena La Nina sejak September lalu.
"Efek La Nina sudah mengontribusi sebanyak 25 hingga 45 persen pada cuaca ekstrem sejak September hingga akhir November. Bertemu dengan musim hujan muali pertengahan atau akhir Oktober lalu," ujarnya.
Baca juga: Dampak La Nina, Longsor dan Puting Beliung Terjang Sejumlah Wilayah di Jabar
Kontribusi La Nina pada terjadinya cuaca ekstrem, kata Anung, berangsur-angsur akan menurun mulai awal Desember.
Tapi potensi cuaca ekstrem tetap tinggi karena pada saat yang sama puncak musim hujan dimulai.
"Jadi sama saja, awal musim hujan kena efek La Nina cukup besar dan memicu cuaca ekstrem. Ketika pengaruh La Nina menurun, masuk periode puncak musim hujan sebagai pengaruh dari angin barat atau Monsoon Asia," ujarnya.
Baca juga: Propam Polda Jatim Awasi Penanganan Kasus Kecelakaan Vanessa Angel
Sementara itu, Deputi Bidang Instrumentasi Kalibrasi Rekayasa dan Jaringan Komunikasi, Suko Prayitno Adi, menegaskan pentingnya kecepatan pemerintah daerah dan jajarannya hingga di tingkat paling bawah untuk dapat mengakses cepat informasi cuaca dan peringatan yang diberikan oleh BMKG.
Suko mengatakan, untuk wilayah Jawa Timur, BMKG Juanda melakukan pembaruan data dari jam ke jam terkait situasi cuaca dan akan memberikan peringatan jika terdapat potensi terjadinya cuaca ekstrem.
"Kalau alam kita tidak bisa cegah. Yang kita bisa tingkatkan bagaimana kesiapan menghadapi potensi bencana, dalam hal ini bencana hidrometeorologi," ujarnya.*
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.