MATARAM, Kompas.com - Anggota Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, mengungkap dugaan pemalsuan surat hasil tes RT-PCR.
Kasat Reskrim Polresta Mataram Kompol Kadek Adi Budi Astawa mengatakan, kasus dugaan pemalsuan RT-PCR yang menjadi syarat penerbangan itu berawal dari temuan petugas di Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid (BIZAM).
"Dari pemeriksaan, surat hasil swab (tes usap) PCR milik 11 penumpang terbaca invalid oleh aplikasi PeduliLindungi," kata Kadek Adi, dikutip dari Antara, Senin (8/11/2021).
Baca juga: 2 Korban Terseret Arus Air Terjun Tibu Atas Ditemukan Mengapung di Laut
Setelah diselidiki, polisi mendapatkan identitas terduga pelaku yang ternyata karyawan di salah satu rumah sakit pendidikan di Mataram, berinisial NL (26).
NL merupakan petugas pada bagian administrasi.
"Jadi sebagian penumpang dites usap, sebagian tidak, tetapi dibuatkan hasil negatif. Jadi surat hasil tes yang dikeluarkan tidak berdasarkan hasil yang sebenarnya," ucap dia.
Dari pemeriksaan, NL mengakui perbuatannya karena ada permintaan teman berinisial BN.
Kepada NL, BN meminta untuk melakukan segera tes usap PCR kepada 16 rekannya yang hendak pulang ke Jawa Barat melalui rute penerbangan Jakarta.
NL kemudian menggunakan modus cetak tanpa melalui prosedur yang benar.
"Jadi dari sekian orang, ada yang tidak melalui proses registrasi dan pengambilan sampel, tetapi tetap mendapatkan surat hasil," ucapnya.
Baca juga: Jadi Tersangka Korupsi, Mantan Direktur RSUD Lombok Utara Kembalikan Uang Rp 100 Juta
Biaya Rp 525.000 Per Orang
Dari pemeriksaan tes usap PCR pada September 2021 itu, NL menerima pengiriman uang sebanyak Rp 8,4 juta dari harga Rp 525.000 per orang.
"Pelaku yang merupakan petugas cetak hasil tes usap menerima pembayaran langsung ke rekening pribadinya. Jadi pembayaran tidak masuk ke sistem rumah sakit," kata Kadek Adi.
Berdasarkan hasil gelar perkara menyatakan perbuatan NL telah memenuhi unsur pelanggaran pidana Pasal 263 Ayat 1 Sub Pasal 268 Ayat 1 KUHP tentang Pemalsuan Surat. Karenanya, NL kini ditetapkan sebagai tersangka yang terancam pidana penjara paling lama enam tahun.
Baca juga: 318 Lingkungan di Mataram Masuk Zona Hijau Covid-19, Satgas: Sisa 7 Berstatus Zona Kuning
Sebagai tersangka, polisi menguatkan sangkaan NL dengan menyita barang bukti berupa 11 lembar surat keterangan hasil tes usap PCR palsu, 11 lembar rekam medis, surat keterangan tes usap PCR asli, kuitansi pembayaran, dan uang tunai Rp8,4 juta.
"Dari bukti yang ada, dia melakukan (pidana) ini sendiri," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.