Christine tidak dapat memberikan jawaban pasti saat ditanya apa penyebab tingginya kasus kematian Covid-19 pada kelompok usia produktif.
"Untuk menjawab itu kami perlu melihat data dari rumah sakit. Mungkin catatan ada atau tidaknya komorbiditas dapat menjawab itu," jelasnya.
Namun, menurutnya yang dapat dipastikan adalah bahwa mayoritas kasus kematian disebabkan karena pasien terlambat mendapatkan pertolongan kesehatan.
Terdapat beragam penyebab keterlambatan itu.
Namun tidak sedikit yang terjadi akibat enggan atau takut divonis Covid-19 jika datang ke fasilitas kesehatan.
"Kesimpulan yang dapat dipastikan teman-teman pada sejumlah evaluasi itu, keterlambatan datang ke rumah sakit," tegasnya.
Baca juga: Ratusan Warga yang Terjaring Penyisiran Door to Door Ikuti Vaksinasi di Kota Blitar
Berdasarkan kelompok usia, terdapat enam kasus kematian pada remaja dan anak-anak usia 0-18 tahun.
Rinciannya, dua kematian remaja usia 12-18 tahun, tiga kematian anak usia 6-11 tahun, dan satu kematian bayi usia 0-1 tahun.
Sementara distribusi kasus berdasarkan jenis kelamin hampir seimbang yaitu 814 laki-laki dan 821 perempuan.
Kasus kematian terakhir terjadi pada 21 September lalu yang menjadikan akumulasi kasus kematian menjadi 1.635 dan bertahan hingga hari ini.
Satgas Covid-19 melaporkan 0 kasus konfirmasi dan 0 kasus kematian dan pada Minggu sore sehingga akumulasi kasus konfirmasi masih di angka 10.890 sehingga CFR berada di angka 15,01 persen.
Kasus aktif dilaporkan sebanyak tiga, di mana dua di antaranya bergejala ringan atau tanpa gejala dan menjalani isolasi di rumah isolasi terpusat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.