Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenangan Ayah Gilang Sebelum Anaknya Meninggal Saat Diklatsar Menwa UNS, Sempat Diminta Masuk TNI

Kompas.com - 06/11/2021, 15:36 WIB
Labib Zamani,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

KARANGANYAR, KOMPAS.com - Meninggalnya Gilang Endi Saputra (21), mahasiswa D IV K3 Sekolah Vokasi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Jawa Tengah meninggalkan duka mendalam keluarga.

Gilang meninggal dunia saat mengikuti Diklatsar Pra Gladi Patria XXXVI Korps Mahasiswa Siaga Batalyon 905 Jagal Abilawa (Menwa) pada Minggu (24/10/2021).

Ayah almarhum Gilang, Sunardi, menceritakan permintaan Gilang sehari sebelum mengikuti Diklatsar Menwa UNS.

Baca juga: 2 Panitia Diklatsar Menwa UNS Jadi Tersangka, Diduga Lakukan Kekerasan Pakai Alat dan Tangan Kosong

Pelaksanaan diklatsar dimulai dari Sabtu (23/10/2021) dan berakhir pada Minggu (31/10/2021).

Sunardi mengatakan Gilang sudah memberitahukannya untuk mengikuti Diklatsar Menwa.

"Mas Gilang sudah ngasih tahu rencana mau Diklat Menwa, tapi berapanya saya lupa. Jumat pagi sampai sore itu masih kuliah, sekitar Maghrib dia pulang," kata Sunardi ditemui Kompas.com belum lama ini di rumahnya Karangpandan, Karanganyar, Jawa Tengah.

Sampai di rumah Gilang mempersiapkan perlengkapan yang akan dibutuhkan selama mengikuti Diklatsar seperti kaus, perlengkapan mandi, sepatu PDL, dan lainnya.

Baca juga: Kasus Mahasiswa UNS Tewas Saat Diklatsar Menwa, Polisi: Kemungkinan Ada Tersangka Lain

Karena perlengkapan semuanya belum siap, Sunardi membantu mencarikan perlengkapan untuk kegiatan anak pertamanya dari dua bersaudara tersebut.

Sunardi mengaku telah menyiapkan sepatu jenis PDL yang akan dipakai Gilang selama mengikuti diklatsar. Ternyata, sepatu tersebut tidak sesuai yang diinginkan Gilang.

"Sebelum cari perlengkapan mandi bilang gini 'Pak sepatunya nanti bukan pakai yang ini'. Kan sudah saya siapin sepatu baru yang militer kanvas ada ritsleting itu. Bukan pakai sepatu yang ini itu pak," kata Sunardi.

 

Sunardi yang merupakan purnawirawan TNI mengatakan, sepatu yang diinginkan anaknya tersebut PDL keluaran lama, model kulit jeruk.

Dia kemudian mencarikan sepatu PDL kulit jeruk ke gudang rumahnya. Ia menemukan masih ada dua pasangan sepatu PDL kulit jeruk dalam kondisi baru dari dalam gudang.

"Yang saya kasihkan (Gilang) kebetulan sepatu belum saya pakai waktu pembagian sudah lama. Terus saya bersihkan, saya lap kain basah," terang dia.

"Kalau bilang dari kemarin bisa direndam dulu, Mas (Gilang). Nanti dipakai kan lemas, enak. Kalau seandainya bilang kemarin. Saya rendam kemudian jemur sebentar kan dipakai bisa lemas," kata Sunardi pada Gilang.

Baca juga: 2 Tersangka Kasus Tewasnya Mahasiswa UNS Saat Diklatsar Menwa Terancam 7 Tahun Penjara

Setelah Maghrib, Sunardi dan istri mengendarai sepeda motor untuk mencari kebutuhan perlengkapan, termasuk membelikan semir sapatu PDL yang akan dipakai Gilang.

Gilang yang saat itu akan mencukur rambutnya juga berangkat bersama ayah dan ibunya dengan mengendarai dua sepeda motor.

"Saya naik sepeda motor berdua sama mamanya. Gilang naik sepeda motor sendiri. Dia nyari tukang cukur kebetulan lokasinya dekat dan masih buka. Dia cukur tanya potongannya 010 ngomong gitu. Cepak saya bilang gitu, akmil saya bilang gitu," ungkap dia.

Selesai potong rambut, Gilang pulang ke rumah untuk menyiapkan semua kebutuhan yang akan dia gunakan selama mengikuti Diklatsar.

Baca juga: 2 Tersangka Disebut Bertindak Berlebihan hingga Gilang Tewas Saat Diklatsar Menwa UNS

Setelah semua perlengkapan sudah siap, Gilang diminta makan oleh ibunya.

Gilang berangkat ke Solo malam itu juga karena Sabtu pagi dia sudah harus mengikuti diklatsar. Padahal, olah ibunya diminta untuk berangkat keesok paginya.

Tetapi karena ada temannya yang ingin menginap di indekos, Gilang akhirnya berangkat ke Solo.

"Mamanya minta Gilang makan dulu sebelum berangkat. Mamanya cerewet masalah makan sama anaknya. Mandi, dia ngobrol-ngobrol sama mamanya. Kok enggak besok saja ke kampusnya. Besok jam 6 sudah harus siap untuk latihan diklat," terangnya. Dia juga bilang teman saya mau menginap di kosan," terang dia.

Sunardi mengatakan ibunya sempat menghubungi Gilang melalui ponselnya pada Sabtu (23/10/2021) pagi untuk memberitahukan di rumah ada kumpulan keluarga, tapi tidak bisa.

"Mamanya hubungi lewat WA (WhatsApp) sudah tidak nyambung. Mas Gilang ini sudah off, sudah latihan gitu."

Sampai Minggu (24/10/2021) malam ponsel Gilang tidak bisa dihubungi.

Kemudian pada Senin (25/10/2021) dini hari, ada dua orang mahasiswa mendatangi rumahnya memberitahukan kondisi Gilang.

Baca juga: Mahasiswa UNS Tewas Saat Diklatsar, Seruan Justice for Gilang dan Janji Gibran

Namun, kedua mahasiswa itu tidak langsung memberitahukan terkait kondisi Gilang yang saat itu sudah berada di rumah sakit.

Mereka hanya meminta Sunardi untuk datang langsung ke rumah sakit.

Karena masih penasaran, Sunardi pun menanyakan kembali kepada mahasiswa tersebut karena Gilang masih ikut diklatsar.

Lagi-lagi mahasiswa itu menjawab akan diberitahukannya setelah sampai di rumah sakit.

Baca juga: Menguak Kematian Gilang Endi Saputra, yang Tewas Saat Diklatsar Menwa

Sunardi dan istri kemudian berangkat ke RSUD Dr Moewardi Solo dengan mengendarai sepeda motor.

"Sampai rumah sakit saya langsung diarahkan di depan IGD," kata dia.

Sunardi mengatakan Gilang terlihat semangat saat berangkat untuk mengikuti diklatsar.

Kondisinya juga sehat dan tidak memiliki riwayat sakit apa pun. Gilang selama ini dikenal sebagai anak yang suka berolahraga.

"Cakeplah anak saya. Potongannya cepak. Kalau lihat fotonya imut. Memang anaknya ganteng dari pada bapaknya jauh," kata dia.

Sunardi mengatakan Gilang tidak pernah bercerita akan ikut Korps Mahasiswa Siaga Batalyon 905 Jagal Abilawa (Menwa). Selama ini yang dia sampaikan kepada orangtua mau ikut BEM.

"Kok tahu-tahu mau ikut Menwa," kata dia.

Baca juga: Meninggal Saat Diklatsar Menwa UNS, Jenazah Gilang Diotopsi

Sunardi mengungkap ibunya sempat tidak merestui Gilang ikut kegiatan Menwa karena khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan.

Di sisi lain, ibunya juga pernah mengarahkan Gilang untuk menjadi anggota TNI, tapi belum ada keinginan dari sang anak untuk mendaftar.

"Setelah jadi mahasiswa kok malah pengin masuk ke Menwa, tapi kalau namanya sudah takdir Allah mau bagaimana lagi," kata dia.

"Keluarga tidak pernah menyangka akan terjadi seperti ini. Tidak sama sekali. Siapa yang punya harapan anaknya untuk seperti itu," tambah Sunardi.

Lebih lanjut, Sunardi meminta ke depan kegiatan diklatsar Menwa maupun yang lainnya ada pendamping yang berpengalaman dalam menangani pendidikan.

Baca juga: Cari Bukti Tambahan, Polisi Kembali Geledah Markas Menwa UNS Solo

Hal tersebut untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan seperti yang dialami anaknya tersebut.

"Saya dan keluarga tidak untuk menuntut atau apa. Hanya ingin mengetahui apa yang sebenarnya yang menyebabkan anak saya Gilang sampai meninggal. Kami mohon aparat terkait untuk diusut seadil-adilnya nantinya tidak ada Gilang Gilang berikutnya," kata Sunardi.

Sementara itu, berdasarkan hasil otopsi meninggalnya Gilang akibat mati lemas karena kekerasan tumpul.

Polisi juga telah menetapkan dua orang tersangka. Penetapan tersangka dilakukan setelah polisi menggelar serangkaian gelar perkara.

Ada tiga alat bukti sebagai dasar penyidik Polresta Solo menetapkan dua orang tersangka kasus meninggalnya mahasiswa D IV Prodi K3 Sekolah Vokasi UNS tersebut.

"Penyidik telah memperoleh tiga alat bukti sebagai dasar untuk menetapkan tersangka yaitu keterangan saksi, surat dan keterangan ahli. Di mana dari hasil gelar penetapan tersangka telah ditetapkan dua orang tersangka dalam kasus dimaksud," kata Kapolresta Solo Kombes Pol Ade Safri Simanjuntak di Mapolresta Solo, Jumat (5/11/2021).

Baca juga: Fakta Terkini Mahasiswa UNS Tewas Saat Diklatsar, Polda Jateng Turun Tangan dan Markas Menwa Digeledah

Kedua tersangka tersebut berjenis kelamin laki-laki. Mereka adalah NFM (22) warga Kabupaten Pati dan FPJ (22) warga Kabupaten Wonogiri.

Menurut Ade, kedua tersangka secara bersama-sama menganiaya Gilang pada mengikuti Diklatsar Menwa hingga menyebabkan meninggal dunia.

"Tim penyidik Satreskrim Polresta Solo melakukan upaya paksa penangkapan terhadap dua tersangka dan saat ini sedang dilakukan penyidikan lebih lanjut. Kedua tersangka merupakan panitia ditangkap pukul 14.10 WIB di Jebres, Solo," kata dia.

Tersangka dijerat Pasal 351 ayat 3 KUHP Juncto Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP atau Pasal 359 KUHP Juncto Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP karena kelalaiannya dengan ancaman hukuman paling lama tujuh tahun penjara.

Rektor UNS Solo, Jamal Wiwoho mengatakan, mendukung sepenuhnya proses penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan pihak kepolisian terkait tewasnya Gilang.

"Sejak terjadinya kekerasan itu saya sudah menyampaikan kepada Bapak Kapolresta agar bisa mengusut peristiwa itu secara transparan, akuntabel, dan profesional. Dengan adanya dua mahasiswa UNS yang disampaikan Bapak Kapolresta ditetapkan sebagai tersangka itu adalah musibah bagi kami," kata dia.

Baca juga: BEM SV UNS Minta Kampus dan Menwa Transparan Soal Meninggalnya Gilang Saat Diklatsar

Jamal menambahkan UNS memberikan pendampingan berupa bantuan hukum kepada tersangka.

"Kita harapkan pendampingan itu terus menerus kita lakukan sampai pada proses pengadilan, atau nanti misalnya saja ada upaya banding, kasasi Insya Allah kami akan terus mendampingi mereka," terang dia.

Upaya lain, kata Jamal UNS telah membekukan kegiatan Korps Mahasiswa Siaga Batalyon 905 Jagal Abilawa sehingga tidak ada lagi kegiatan di kampus yang mengatasnamakan Menwa.

"Ruangan sudah kita kunci, sehingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa siaga (Menwa) tidak ada lagi," ungkap Jamal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pascabanjir, Harga Gabah di Demak Anjlok Jadi Rp 4.700 per Kilogram, Petani Tidak Diuntungkan

Pascabanjir, Harga Gabah di Demak Anjlok Jadi Rp 4.700 per Kilogram, Petani Tidak Diuntungkan

Regional
Terjebak di Dalam Mobil Terbakar, ASN di Lubuklinggau Selamat Usai Pecahkan Kaca

Terjebak di Dalam Mobil Terbakar, ASN di Lubuklinggau Selamat Usai Pecahkan Kaca

Regional
Pemkab Solok Selatan Gelar Lomba Kupas Buah Durian

Pemkab Solok Selatan Gelar Lomba Kupas Buah Durian

Regional
Polisi Gerebek Pabrik Mi Lubuklinggau yang Gunakan Formalin dan Boraks

Polisi Gerebek Pabrik Mi Lubuklinggau yang Gunakan Formalin dan Boraks

Regional
Korban Banjir Bandang di Lebong Sampaikan Keluhan di Depan Bupati

Korban Banjir Bandang di Lebong Sampaikan Keluhan di Depan Bupati

Regional
3 Bulan Tidak Ditahan, 2 Tersangka Penambangan Ilegal di Lahan Transmigrasi Nunukan Segera Dieksekusi

3 Bulan Tidak Ditahan, 2 Tersangka Penambangan Ilegal di Lahan Transmigrasi Nunukan Segera Dieksekusi

Regional
Vokalis Red Hot Chili Peppers Berlibur di Mentawai, Surfing hingga Nikmati Tarian Khas

Vokalis Red Hot Chili Peppers Berlibur di Mentawai, Surfing hingga Nikmati Tarian Khas

Regional
Teka-teki Pembunuhan Karyawan Toko Pakaian Asal Karanganyar, Terduga Pelaku Diduga Orang Terdekat

Teka-teki Pembunuhan Karyawan Toko Pakaian Asal Karanganyar, Terduga Pelaku Diduga Orang Terdekat

Regional
Tertutup Longsor, Akses Jalan Dua Desa di Sikka Putus Total

Tertutup Longsor, Akses Jalan Dua Desa di Sikka Putus Total

Regional
Harga Bawang Merah Melonjak di Banda Aceh, Sentuh Rp 70.000 Per Kg

Harga Bawang Merah Melonjak di Banda Aceh, Sentuh Rp 70.000 Per Kg

Regional
Elpiji 3 Kg Langka, Pemkab Kendal Minta Tambah Pasokan dan Bakal Sidak Restoran

Elpiji 3 Kg Langka, Pemkab Kendal Minta Tambah Pasokan dan Bakal Sidak Restoran

Regional
Selamatkan Anak yang Tercebur Sumur, Ayah di Purworejo Tewas

Selamatkan Anak yang Tercebur Sumur, Ayah di Purworejo Tewas

Regional
Puskesmas Tak Ada Ambulans, Polisi di NTT Bantu Evakuasi Ibu Melahirkan ke RS Pakai Mobil Dobel Gardan

Puskesmas Tak Ada Ambulans, Polisi di NTT Bantu Evakuasi Ibu Melahirkan ke RS Pakai Mobil Dobel Gardan

Regional
Ditinggal Melaut, Rumah Kayu di Nunukan Ludes Terbakar

Ditinggal Melaut, Rumah Kayu di Nunukan Ludes Terbakar

Regional
Sungai Cisangu di Lebak Meluap, Ratusan Rumah Terendam

Sungai Cisangu di Lebak Meluap, Ratusan Rumah Terendam

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com