Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil dan Sejarah Kota Batu, Dikenal Sebagai Tempat Peristirahatan Keluarga Kerajaan

Kompas.com - 06/11/2021, 05:25 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Banjir bandang menerjang Kota Batu, Jawa Timur pada Kamis (4/11/2021). Ada enam orang yang meninggal dunia dan beberapa orang masih dalam pencarian

Kota Batu berada sekitar 15 kilometer sebelah barat Kota Malang dan berada di jalur Malang-Kediri dan Malang-Jombang.

Kota Batu berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasurun di sebelah utara. Sementara di sebelah timur, selatan, dan barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Malang.

Baca juga: Separuh Wisatawan Taman Rekreasi Selecta Putar Balik Akibat Aturan Batasan Usia

Kota Batu memiliki wilayah seluas 197,087 km² yang dibagi dalam 3 wilayah kecamatan (Bumiaji, Batu, Junrejo), 4 kelurahan, dan 19 desa, dengan jumlah penduduk 168.155 jiwa (2001).

Kota Batu yang terletak 800 meter diatas permukaan air laut ini dikarunia keindahan alam yang memikat.

Potensi ini tercermin dari kekayaan produksi pertanian, buah dan sayuran, serta panorama pegunungan dan perbukitan.

Baca juga: Ada Batasan Usia, Taman Rekreasi Selecta di Batu Tidak Jadi Dibuka

Karena hal tersebut, Kota Batu dijuluki the real tourism city of Indonesia oleh Bappenas.

Kota Batu memiliki 3 (tiga) buah gunung yang telah dikenal dan telah diakui secara nasional.

Gunung-gunung tersebut adalah Gunung Pandennan (2010 m), Gunung Welirang (3156 m), Gunung Arjuno (3339 m) dan masih banyak lagi lainnya.

Dengan kondisi topografi pegunungan dan perbukitan tersebut menjadikan kota Batu terkenal sebagai daerah dingin.

Temperatur rata-rata kota Batu 2l,5°C, dengan temperatur tertinggi 27,2°C dan terendah 14,9°C.

Curah hujan tertinggi di Kecamatan Bumiaji sebesar 2471 mm dan hari hujan 134 hari. Kecamatan ini lah yang diterjang banjir bandang pada Kamis (4/11/2021) sore.

Baca juga: Jatim Park 2 dan Selecta Segera Dibuka Kembali

Sebagai tempat peristirahatan keluarga raja

Foto kolam renang Selecta di Malang yang diambil tahun 1934Leiden University Libraries Foto kolam renang Selecta di Malang yang diambil tahun 1934
Dikutip dari batukota.go.id, sejak abad ke-10, wilayah Batu dan sekitarnya telah dikenal sebagai tempat peristirahatan bagi kalangan keluarga kerajaan.

Batu dipilih karena masuk kawasan pegunungan dengan udara yang sejuk dan memiliki keindahan pemandangan alam khas daerah pegunungan.

Kala itu saat Raja Sindok memimpin , seorang petinggi Kerajaan bernama Mpu Supo diperintah Sang Raja untuk membangun tempat peristirahatan keluarga kerajaan di pegunungan yang di dekatnya terdapat mata air.

Baca juga: Rute, Harga Tiket, dan Aktivitas Wisata di Tempat Wisata Sekitar Songgoriti

Dengan upaya yang keras, akhirnya Mpu Supo menemukan suatu kawasan yang sekarang lebih dikenal sebagai kawasan Wisata Songgoriti.

Atas persetujuan Sang Raja, Mpu Supo yang konon kabarnya juga sakti mandraguna itu mulai membangun kawasan Songgoriti sebagai tempat peristirahatan keluarga kerajaan.

Di lokasi tersebut juga dibangun sebuah candi yang diberi nama Candi Supo.

Seperti permintaan Sang Raja, tempat peristirahatan itu dilengkapi dengan sumber mata air yang sejuk.

Baca juga: 8 Tempat Wisata Sekitar Songgoriti di Kota Batu, Candi sampai Onsen

Mata air dingin tersebut sering digunakan mencuci keris-keris yang bertuah sebagai benda pusaka dari Kerajaan Sendok.

Karena sering digunakan untuk mencuci benda-benda kerajaan yang bertuah dan mempunyai kekuatan supranatural yang maha dasyat, maka sumber mata air yang semula terasa dingin dan sejuk akhirnya berubah menjadi sumber air panas.

Sumber air panas itu pun sampai saat ini menjadi sumber abadi di kawasan Wisata Songgoriti.

Baca juga: Wisata ke Sekitar Songgoriti, Wisata Budaya sampai Mandi Air Panas

Asal-usul nama Batu

Foto kendaaraan untuk pos di Batu yang diambil tahun 1930Leiden University Libraries Foto kendaaraan untuk pos di Batu yang diambil tahun 1930
Sampai saat ini belum diketahui kepastiannya tentang kapan nama “Batu” mulai disebut untuk menamai kawasan peristirahatan tersebut.

Namun dari cerita tutur masayarakat sekitar, sebuta Batu berasal dari seorang ulama pengikut Pangeran Diponegoro. Ia bernama Abu Ghonaim atau dikenal dengan nama Kyai Gubuk Angin.

Dikutip darii buku Asal-usul Kota-kota di Indonesia Tempo Doeloe yang ditulis Zaenuddin HM, Sang Kyai berasal dari Jawa Tengah.

Ia meninggalkan tanah kelahirannya dan pindah ke kaki Gunung Panderman untuk menghindari pengejaran serdadu Belanda.

Baca juga: Kota Batu Dilanda Banjir, Ini Penjelasan Ahli mengenai Penyebabnya

Oleh masyarakat setempat, Sang Kyai akrab dipanggil Mbah Wastu. Ia membaur dengan masyarakat sekitar dan memulai kehidupan baru.

Ia juga menyampaikan ajaran yang diperoleh selama mengikuti Pangeran Diponegoro.

Akhirnya banyak warga yang berdatangan dan menetap untuk menuntut ilmu serta belajar agama ke Mbah Wastu.

Kultur Jawa sering memperpendek dan mempersingkat mengenai sebutan nama seseorang yang dirasa terlalu panjang.

Baca juga: 4 Tempat Makan Ketan di Kota Batu, Tidak Hanya Pos Ketan Legenda 1967

Penyingkatan penyebutannya dilakukan agar lebih cepat bila jika memanggil seseorang. Hal tersebut juga dilajukan saat memanggil Mbah Wastu.

Lambat laun sebutan Mbah Wastu dipanggil Mbah Tu menjadi Mbatu atau Batu yang kemudian digunakan untuk nama sebuah kota dingin di Jawa Timur.

Swiss kecil di Pulau Jawa

Foto jalan dari Malang ke Batu yang diambil antara tahun 1901-1902Leiden University Libraries Foto jalan dari Malang ke Batu yang diambil antara tahun 1901-1902
Pada awal abad ke-19, Kota Batu sudahberkembang dan menjadi aerah tujuan wisata, khususnya orang-orang Belanda.

Mereka membangun tempat peristirahatan bahkan bermukim di wilayah Batu. Hingga saat ini masih banyak ditemukan situs dan bangunan peninggalan pemerintahan Hindia Belanda.

Begitu kagumnya Belanda pada Kota Batu hingga mereka mensejajarkan Kota Batu dengan sebuah negara di Eropa yakni Switzerland dan memberikan predikat sebagai De Klein Switzerland atau "Swis Kecil di Pulau Jawa".

Keindahan panorama di Kota Batu bahkan memikat The Father Foundation of Indonesia. Setelah perang kemerdekaan, Bung Karno dan Bung Hatta berkunjung dan beristirahat di kawasan Selecta, Batu.

Ada beberapa tempat wisata di Batu seperti wisata gua di Cangar dan Tlekung, air terjun Coban Rais dan Coban Talun, Songgoriti dan Selecta, Kusuma Agrowisata, Taman Hutan Rakyat R Soerjo dan Gunung Panderman.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Saat Dua Bule Eropa Ikut Halalbihalal di Magelang, Awalnya Dikira Pesta Pernikahan

Saat Dua Bule Eropa Ikut Halalbihalal di Magelang, Awalnya Dikira Pesta Pernikahan

Regional
Pilkada Nunukan, Ini Syarat Dukungan Jalur Partai dan Independen

Pilkada Nunukan, Ini Syarat Dukungan Jalur Partai dan Independen

Regional
Pilkada Kabupaten Semarang, Belum Ada Partai yang Buka Pendaftaran Bakal Calon Bupati

Pilkada Kabupaten Semarang, Belum Ada Partai yang Buka Pendaftaran Bakal Calon Bupati

Regional
Protes, Pria Berjas dan Berdasi di Palembang Mandi di Kubangan Jalan Rusak

Protes, Pria Berjas dan Berdasi di Palembang Mandi di Kubangan Jalan Rusak

Regional
Sebuah Mobil Terlibat Kecelakaan dengan 4 Motor, Awalnya Gara-gara Rem Blong

Sebuah Mobil Terlibat Kecelakaan dengan 4 Motor, Awalnya Gara-gara Rem Blong

Regional
Rektor Unpatti Bantah Aksi Mahasiswa, Jamin Ada Ruang Aman di Kampus

Rektor Unpatti Bantah Aksi Mahasiswa, Jamin Ada Ruang Aman di Kampus

Regional
Terjadi Lagi, Rombongan Pengantar Jenazah Cekcok dengan Warga di Makassar

Terjadi Lagi, Rombongan Pengantar Jenazah Cekcok dengan Warga di Makassar

Regional
Berhenti di Lampu Merah Pantura, Petani di Brebes Tewas Jadi Korban Tabrak Lari

Berhenti di Lampu Merah Pantura, Petani di Brebes Tewas Jadi Korban Tabrak Lari

Regional
Wisuda di Unpatti Diwarna Demo Bisu Mahasiswa Buntut Kasus Dugaan Pelecehan Seksual Dosen FKIP

Wisuda di Unpatti Diwarna Demo Bisu Mahasiswa Buntut Kasus Dugaan Pelecehan Seksual Dosen FKIP

Regional
Pemkab Kediri Bangun Pasar Ngadiluwih Awal 2025, Berkonsep Modern dan Wisata Budaya

Pemkab Kediri Bangun Pasar Ngadiluwih Awal 2025, Berkonsep Modern dan Wisata Budaya

Regional
Ambil Formulir di 5 Partai Politik, Sekda Kota Ambon: Saya Serius Maju Pilkada

Ambil Formulir di 5 Partai Politik, Sekda Kota Ambon: Saya Serius Maju Pilkada

Regional
Banjir Kembali Terjang Pesisir Selatan Sumbar, Puluhan Rumah Terendam

Banjir Kembali Terjang Pesisir Selatan Sumbar, Puluhan Rumah Terendam

Regional
Sering Diteror Saat Mencuci di Sungai, Warga Tangkap Buaya Muara Sepanjang 1,5 Meter

Sering Diteror Saat Mencuci di Sungai, Warga Tangkap Buaya Muara Sepanjang 1,5 Meter

Regional
Ditunjuk PAN, Bima Arya Siap Ikut Kontestasi Pilkada Jabar 2024

Ditunjuk PAN, Bima Arya Siap Ikut Kontestasi Pilkada Jabar 2024

Regional
Diduga Depresi Tak Mampu Cukupi Kebutuhan Keluarga, Pria di Nunukan Nekat Gantung Diri, Ditemukan oleh Anaknya Sendiri

Diduga Depresi Tak Mampu Cukupi Kebutuhan Keluarga, Pria di Nunukan Nekat Gantung Diri, Ditemukan oleh Anaknya Sendiri

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com