KARAWANG, KOMPAS.com - Siang itu, Rabu (3/11/2021), Diantika bergegas dari duduknya. Rupanya ada pesanan yang masuk dari aplikasi penjualan digital. Dengan terampil, tangan Diantika membentuk mille creps pesanan pelanggan.
Perempuan bernama lengkap Diantika Permatasari Widagdho itu, sejak pandemi Covid-19 memang lebih mengandalkan penjualan melalui platform digital atau secara online.
Baca juga: Kisah Elis, Jualan Sego Babat Secara Online, Omzet Capai Rp 24 Juta Sebulan
Sejak awal, ia memang memakai aplikasi penjualan online lokal. Setelah Gojek masuk di Karawang dan Sinok masuk di GoFood, Diantika mengklaim penjualan dan pemasaran meningkat.
"Orang lebih banyak tau Sinok dari GoFood, selain dari sosial media," ucap Diantika kepada Kompas.com.
Baca juga: Mengenal iWarga, Aplikasi Sedekah Makanan dan Barang Bekas secara Online dari Purwokerto
Diantika bercerita, pelanggan Sinok Mille Crepes kini 70 persen dari online, baik dari sosial media maupun marketplace. Sedang 30 persen sisanya dari offline.
"Sejak pandemi, pelanggan juga lebih banyak pesan secara online, baik melalui direct message Instagram, WhatsApp, maupun melalui aplikasi penjualan online. Salah satunya GoJek," kata dia.
Baca juga: Manfaatkan Penjualan Online, Industri Bakpia Rumahan Mulai Bangkit dari Pandemi
Bisnis sempat terhantam PPKM
Diantika mengaku sempat merumahkan dua karyawannya saat virus Covid-19 memuncak. Sinok Mille Crepes dan beberapa produk lainnya pun sempat berhenti produksi.
Apalagi pemerintah menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Baca juga: Cerita Petani Hidroponik Terancam Gulung Tikar akibat Pandemi, Terbantu Penjualan Online
"Sempat berhenti satu bulan," kata Diantika sembari membentuk Sinok Mille Crepes.
Rupanya ibu dua anak itu tak mau pasrah begitu saja. Ia mengumpulkan niat untuk bangkit. Ia tidak ingin pelanggan Sinok Mille Crepes, label produknya, lari.
"Saya khawatir pelanggan kangen dengan Sinok," seloroh Diantika.
Terbantu platform digital
"Sangat membantu bagi kami (pelaku UMKM). Sekarang pun banyak pelaku UMKM yang mengandalkan berjualan secara online.
Baca juga: Kisah Para Pemuda di Jember Bikin Gerakan Foto Produk UMKM Gratis
Lahir dari ide spontan
Sinok Mille Crepes ini lahir secara tak sengaja pada 2017 lalu. Awalnya ia hanya menjual gelato saja. Saat itu ia iseng membuatkan cemilan untuk putranya. Ternyata sang putra sangat antusias. Bahkan juga suaminya.
"Secara spontan suami bilang, kenapa enggak dijual sekalian bu," ujar perempuan kelahiran Grobogan, 25 Maret 1986 itu.
Baca juga: Pandemi, Selebgram dan Pramugari Ini Buka Jasa Endorse Gratis untuk UMKM
Di Karawang Mille Crepes salah satu hal yang baru. Bahkan ia sempat bingung saat ada yang bertanya itu penganan apa. Namun lambat laun, banyak yang mengenal mille crepes buatan Diantika.
"Bahkan tetangga awalnya tidak tahu saya jualan apa," ujar dia.
Baca juga: Permudah Pemasaran Toko Kelontong dan UMKM, Pemkot Surabaya Luncurkan Aplikasi Peken
Ia menyebut label Sinok ia pakai bersama dua saudarinya yang masing - masing membuka usaha sendiri sejak 2011 lalu. Sinok sendiri berarti anak perempuan.
"Karena kami bertiga anak perempuan. Di Semarang, tempat asal saya, anak perempuan kerap di panggil Nok. Sama artinya dengan neng dalam bahasa Sunda," ujar dia.
Baca juga: Cerita Pelaku UMKM Raup Omzet Rp 30 Juta Per Bulan Setelah Jadi Mitra Tokopedia
Ikut UMKM Juara
Suatu waktu, Diantika mencari soal pelatihan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di search engine. Ia pun iseng masuk dalam grup Whatsapp UMKM di Karawang.
"Saya kemudian ditawari masuk UMKM Juara. Saya coba tawaran itu," ujar dia.
Diantika pun merasa beruntuk ikut UMKM Juara. Sebab selain dimentori perihal UMKM hingga pemasaran secara digital, ia juga dipantu soal pengurusan legalitas. Pun jaringan bertukar pikiran semakin bertambah.
"Kerap ada bimbingan maupun workshop soal UMKM. Bahkan yang masuk UMKM Juara ada mentornya. Satu mentor megang beberapa pelaku UMKM," ungkapnya.
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Karawang Ade Sudiana mengatakan, pihaknya tengah berupaya menggaungkan produk -produk UMKM di daerahnya. Sebab baginya UMKM adalah penggerak perekonomian, bahkan tulang punggung ekonomi saat pandemi.
"Kita memberikan pelatihan -pelatihan kepada para pelaku UMKM. Diantaranya soal pemasaran digital dan manajemen," kata dia.
Program pengembangan UMKM, kata Ade, menjadi salah satu program unggulan di Karawang. Sebab, UMKM diyakini sebagai tulang punggung perekonomian, terutama saat pandemi.
"UMKM banyak yang terdampak pandemi. Namun di sisi lain mereka penggerak ekonomi," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.