Setelah menyelesaikan program master di Ecole Nationale Supérieure de Chimie de Montpellier dengan skala 18,5 dari 20 di tahun 2007.
Siska kemudian melanjutkan pendidikan PhD atau setingkat doktor spesialis bidang polimer untuk kabel tegangan tinggi di Universite Montpellier II.
"Program PhD itu juga merupakan beasiswa yang ditawarkan oleh orang Rusia di Universite Montpellier II. Mereka menawarkannya, karena mereka tertarik dengan tesis saya, yaitu inovasi baru yang dapat meluruskan rambut keriting orang Afrika," ungkapnya.
Baca juga: Fakta Anak Tukang Sampah Diterima di UGM, Masuk Tanpa Tes hingga Kerja Keras Meski Ekonomi Pas-pasan
Setelah menyelesaikan program PhD pada 2011, Siska kemudian diangkat menjadi asiten dosen di labotarium Unversite Montpelier II.
Kemudian pada tahun 2014-2015, ia menjadi asiten dosen Ingenierie des Materiux Polymeres a I'INSA de Lyon, yang merupakan pusat polimer nomor satu di Prancis.
Setela itu, ia bekerja di Research And Onnovation Engineer Maret 2015 hingga Juli 2018.
Lalu pada Oktober 2018 hingga sekarang Siska bekerja di EDF dan ditempatkan sebagai spesialis polimer di Edvance yang merupakan perusahaan EDF.
Saat ini Siska tinggal di Kota Versailles, dekat Prancis. Meskipun tinggal Prancis, kata Siska, ia masih berstatus warga negara Indonesia.
"Sampai sekarang saya masih pegang paspoar hijau, Meski lama di Prancis dan anak saya juga sekolah di Prancis, sampai sekarang tidak terpikir untuk menjadi warga negara Prancis, karena kalau menjadi warga negara Prancis, status sebagai WNI akan hilang," kata ibu dengan dua anak ini.
Baca juga: Ini Prestasi Lailatul, Anak Tukang Becak yang Raih Gelar Doktor di Usia 27 Tahun
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.