Pada tahun 2002 ia berhasil menjadi mahasiswi di jurusan Kimia Fakultas MIPA, UGM. Saat menempuh pendidikan di tanah rantau Siska sempat beberapa kali terbentur biaya.
Bahkan, orangtuanya sempat mengajukan permohonan bantuan ke Pemda dengan bukti IP 3,98 yang didapatkan tetapi ditolak.
"Papa begitu sedih saat itu. Saya di tanah rantau ketika itu juga panik memikirkan uang kuliah. Setiap hari saya berdoa kepada Allah SWT agar diberi kemudahan," kata anak dari pasangan Yulizar dan almarhum Yasma Erni.
Akhirnya, doa Siska dijabah. Ia berhasil mendapatkan beasiswa sebesar Rp 1,2 juta dari PT Semen Padang, beasiswa itu ia dapatkan hingga tamat kuliah di tahun 2004.
Baca juga: Kisah Imam, Anak Tukang Kebun yang Masuk Paskibraka di Istana Negara
Kuliah dan bekerja di luar negeri
Setelah tamat dari UGM, Siska diterima bekerja di perusahaan multi internasional asal Amerika, yakni Buckman Laboratories (Asia) Pte Ltd.
Ia kemudian ditempatkan sebagai Sales Technical Support di PT Riau Andalan Pulp and Paper di Riau selama 6 bulan.
Kemudian, pada 2005, Siska mendapat tawaran beasiswa S2 dari Jepang, Prancis, dan Amerika. Namun, ia memilih beasiswa di Prancis, yakni France Excellence.
Kata Siska, ia memilih beasiswa tersebut karena hanya diberikan kepada 150 orang di dunia dan ia yang pertama dari Indonsia. Apalagi, kehebatan bidang Kimia di Prancis sangat terkenal di dunia.
"Selain karena keahlian kimia Prancis sangat dikenal, motivasi saya kuliah di Prancis juga ingin belajar bahasa Prancis, karena kalau untuk Bahasa Inggris saya sudah fasih," ujarnya.
Baca juga: Kisah Rahmad, Anak Tukang Ojek yang Jadi Lulusan Terbaik SPN Polda Metro