Ketika ibunya berangkat ke Taiwan, anak perempuan itu baru duduk di bangku kelas V SD.
Sumanto berharap, kedua anaknya perlahan akan menerima kehilangan orang terkasih mereka jika jenazah Suprihatin telah dipulangkan dan dikuburkan di desa mereka.
"Baru kemarin saya dapat telepon dari agen lagi, katanya jenazah istri saya sudah siap diberangkatkan, tapi tinggal menunggu surat dari KJRI. Tapi enggak tahu," ujarnya.
Baca juga: Penetapan Tersangka Penyelewengan Dana BST di Blitar Masih Tunggu Keterangan Kemensos
Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kabupaten Blitar Mujianto belum menjawab permintaan konfirmasi yang diajukan Kompas.com.
Tapi sebelumnya, pada Senin (1/11/2021), Mujianto mengatakan bahwa jenazah Suprihatin belum dapat dipulangkan ke Blitar karena masih menunggu jadwal penerbangan pesawat kargo.
Dia tidak menyebutkan adanya masalah lain dan juga kapan Suprihatin meninggal dunia.
Sementara menurut informasi yang diterima Sumanto dari agensi, pandemi Covid-19 merupakan salah satu sebab jenazah istrinya tidak dapat segera dipulangkan.
Namun Sumanto juga mengungkapkan penyebab lain, yaitu tidak adanya asuransi yang mengcover biaya perawatan kesehatan dan pemulangan jenazah istrinya.
"Karena sudah keluar dari majikan jadi katanya gak ada asuransinya. Enggak tahu, tapi katanya begitu," ujar Sumanto.
Baca juga: Wali Kota Blitar Yakin Wilayahnya Terhindar dari Gelombang Ketiga Covid-19, jika...
Menurutnya, sekitar sebulan sebelum Suprihatin masuk rumah sakit, istrinya mengeluhkan masalah kesehatan.
Sumanto mengaku segera meminta istrinya untuk keluar dari pekerjaannya dan mengurus kepulangan ke Indonesia.
Suprihatin setuju karena selama ini sering mengeluh kelelahan. Dia juga mengaku jarang mendapatkan cuti kerja seperti rekan-rekannya yang lain sesama TKW di Taiwan.
Berdasarkan pemeriksaan kesehatan, Suprihatin mengalami gangguan tekanan darah dan jantung. Gangguan kesehatan itu baru dialaminya setelah bekerja di Taiwan.
Baca juga: 11 TKI asal Blitar Meninggal, 1 Jenazah Belum Dipulangkan