LAMPUNG, KOMPAS.com - Kepolisian mulai "membuka" diri untuk dikritik terkait keberadaan mereka di masyarakat.
Ruang kritik tersebut dibuka dengan Festival Mural yang ditaja Polda Lampung di area PKOR Way Halim, Sabtu (30/10/2021).
Sekitar 21 mural mulai membentuk cerita di dinding yang terbentang di kompleks olahraga tersebut, Sabtu (30/10/2021).
Baca juga: Mural Tertua di Dunia di Maros, Sulawesi Selatan, Terancam Musnah
Sejumlah cerita tersaji, mulai dari penanganan Covid-19, hingga apresiasi terhadap Polri di tengah kondisi pandemi.
Salah satu pemural, Samsudin (20) mengatakan, konsep yang dia ambil dalam mural yang dibuatnya adalah sebuah "sindiran" halus kepada kepolisian di masa pandemi.
Pada muralnya, Samsudin menampilkan sejumlah simbol dan pertanda untuk menguatkan pesan tersebut.
Sebuah insulin (suntikan) berukuran besar dinaiki orang layaknya mengendarai kuda. Pada pangkal insulin, tergambar pancaran api seperti roket.
"Pesannya sih Covid-19 kan sudah banyak yang kena, jadi suntikan (insulin) ini adalah simbol vaksin. Dan Polri ini harus terus mengawal vaksinasi," kata Samsudin, Sabtu pagi.
Baca juga: Ada Mural Jokowi Mirip Badut di Pangkalpinang, Ini Sikap Pol PP dan Polisi
Kemudian ada Usman (25) pemural asal Bandar Lampung yang menampilkan gambar peta Indonesia terbalut masker.
Masker ini tergantung oleh sebuah insulin besar.
Di sekelilingnya, ilustrasi virus corona mengepung di antara awan merah.
"Ini ekspresi saya, bahwa yang mampu melindungi kita dari corona adalah masker, vaksin, dan protokol kesehatan (prokes)," kata Usman.
Terkait prokes ini, Usman sedikit memberikan kritik halus terhadap kepolisian. Menurutnya, aparat kepolisian harus lebih humanis.
Kritik ini dilambangkan dengan simbol tiga buah tameng yang menghadap ke sisi luar dari peta Indonesia itu.
Salah satu juri Festival Mural Polda Lampung, Yudhi mengatakan, gelaran kali ini memang ditujukan membuka ruang kritik oleh Polri.
"Khususnya dalam penanganan Covid-19. Jadi ini adalah bentuk kritik terbuka kepada kepolisian," kata Yudhi.
Ketua Gabungan Pelukis Mural Lampung ini mengatakan, lukisan mural ini menjadi media ekspresi bagi kaum muda.
"Kaum muda melihat dari sudut pandang berbeda, ini yang dicoba dirangkul oleh kepolisian," kata Yudhi.
Salah satu juri lainnya, PG Wisnu Wijaya menambahkan, festival mural ini adalah salah satu cara kepolisian mendekatkan diri kembali ke masyarakat, mengingat ada beberapa kasus mural yang menjadi perhatian publik.
"Mural ini memiliki pesan yang ingin disampaikan, kebanyakan kritik. Dan kepolisian yang memfasilitasi festival ini sebuah isyarat jelas bahwa mereka (kepolisian) sudah mulai terbuka," kata Wisnu.
Kapolda Lampung, Inspektur Jenderal (Irjen) Hendro Sugiatno mengapresiasi keikutsertaan para pemural dalam festival kali ini.
"Mural ini jadi bentuk ekspresi para seniman muda di Lampung. Mereka bisa menyalurkan bakat dan ekspresinya di festival ini," kata Hendro.
Baca juga: Mural di Yogyakarta Dihapus Sebelum Jokowi Datang, Wali Kota Mengaku Tak Pernah Instruksikan
Menurutnya, lebih baik menyalurkan ekspresi di dinding mural di tempat yang disediakan, bukan vandalisme di sembarang tempat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.