Salah satu juri Festival Mural Polda Lampung, Yudhi mengatakan, gelaran kali ini memang ditujukan membuka ruang kritik oleh Polri.
"Khususnya dalam penanganan Covid-19. Jadi ini adalah bentuk kritik terbuka kepada kepolisian," kata Yudhi.
Ketua Gabungan Pelukis Mural Lampung ini mengatakan, lukisan mural ini menjadi media ekspresi bagi kaum muda.
"Kaum muda melihat dari sudut pandang berbeda, ini yang dicoba dirangkul oleh kepolisian," kata Yudhi.
Salah satu juri lainnya, PG Wisnu Wijaya menambahkan, festival mural ini adalah salah satu cara kepolisian mendekatkan diri kembali ke masyarakat, mengingat ada beberapa kasus mural yang menjadi perhatian publik.
"Mural ini memiliki pesan yang ingin disampaikan, kebanyakan kritik. Dan kepolisian yang memfasilitasi festival ini sebuah isyarat jelas bahwa mereka (kepolisian) sudah mulai terbuka," kata Wisnu.
Kapolda Lampung, Inspektur Jenderal (Irjen) Hendro Sugiatno mengapresiasi keikutsertaan para pemural dalam festival kali ini.
"Mural ini jadi bentuk ekspresi para seniman muda di Lampung. Mereka bisa menyalurkan bakat dan ekspresinya di festival ini," kata Hendro.
Baca juga: Mural di Yogyakarta Dihapus Sebelum Jokowi Datang, Wali Kota Mengaku Tak Pernah Instruksikan
Menurutnya, lebih baik menyalurkan ekspresi di dinding mural di tempat yang disediakan, bukan vandalisme di sembarang tempat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.