NUNUKAN, KOMPAS.com – Dua murid kelas V di SDN 015 Wa’Yagung Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara Fandi Yudan dan Denis Kanter rela berjalan kaki selama sekitar 7 jam menuju kota kecamatan di Long Umung, Krayan Timur.
Jauhnya jarak dan tantangan alam yang mengerikan, tidak menjadi penghalang atau menghambat semangatnya yang hendak mengikuti asesmen nasional berbasis komputer (ANBK) di kota setempat.
‘’Untuk keluar dari Wa’Yagung menuju Long Umung, mereka harus berjalan kaki melewati jalan setapak berlumpur. Jalan tersebut karena sedang musim hujan dipenuhi lintah sebesar jempol. Kami harus menyibak daun-daun yang dipenuhi lintah karena hanya itu jalan satu satunya keluar menuju kota,"ujar Kepala Sekolah SDN 015 Wa’Yagung Krayan Timur, Dorti, dihubungi Kompas.com, Jumat (29/10/2021).
Baca juga: Demi Dapat Sinyal Internet untuk ANBK, 45 Murid SMP di Kalbar Menginap di Bukit
Di musim penghujan seperti sekarang, medan yang ditempuh tentu lebih sulit apalagi daun-daun perdu sepanjang jalanan hutan biasanya terlihat hitam akibat dipenuhi lintah.
Namun bagi Fandi dan Denis, lintah bukan hal yang perlu ditakutkan.
Mereka justru menjadikan lintah sebagai mainan karena saking terbiasanya mereka dengan kondisi alam sekitar.
‘’Mereka jalan kaki diantar orangtuanya, sepanjang jalan mereka selalu bermain dengan lintah begitu juga saat melepas lelah. Namanya anak anak,’’kata Dorti.
Pelaksanaan ANBK menjadi tantangan tersendiri bagi anak anak pedalaman Krayan.
Jumlah murid yang sedikit tidak memungkinkan mereka mengalokasikan anggaran BOS untuk biaya transportasi dan akomodasi murid murid menuju lokasi ANBK di kota.
Dijelaskan Dorti, SDN 015 Wa’Yagung hanya memiliki 19 murid dan menerima dana BOS sebesar Rp 5,6 juta per triwulan.
Jumlah tersebut jauh dari kata cukup, sehingga untuk kebutuhan ANBK, guru membebankan biayanya ke orangtua murid.
"Kami terpaksa meminta uang kepada orangtua murid, per orang sebesar Rp 1 juta. Ini untuk membayar sewa penginapan dan biaya konsumsi selama berada di kota,’’jelasnya.
Baca juga: 45 Pelajar SMP di Kalbar Jalan Kaki 13 Km untuk Ikuti ANBK, Gunakan Jaringan Internet Malaysia
Dorti berharap kondisi ini menjadi perhatian khusus pemerintah. Anak anak pedalaman yang selama ini berkutat di hutan belum terlalu melek internet dan mereka harus bekerja keras mencari uang demi ikut ANBK.
‘’Kami tertinggal dari segi kurikulum dan sarana prasarana. Jangankan komputer, untuk renovasi bangunan sekolah kami yang dibangun dari kayu saja, sejak 1970 belum tersentuh pembangunan. Selama ini, secara swadaya kami perbaiki bagian bagian yang rusak,’’katanya.
Terpisah, Unit Pelaksana Tekhnis Daerah (UPTD) Krayan, Oktavianus Ramli membenarkan betapa susahnya anak-anak pedalaman untuk ikut ANBK.