Melalui sensor ini, konsumen bisa mengetahui dengan mudah apakah produk yang dibelinya masih segar atau sudah tidak layak konsumsi.
“Jadi sensor tersebut bisa ditempel di kemasan produk berbasis ikan atau bahkan daging lainnya,” tutur dia.
Jika sensor menunjukkan warna hijau maka masih segar. Namun jika muncul warna merah berarti sudah tidak layak lagi untuk dikonsumsi.
Ada juga sensor kimia untuk mengetahui apakah ada kandungan alkohol dalam sebuah produk makanan.
Baca juga: Camat Dimintai Sumbangan oleh Menantu Bupati Jember, DPRD: Penyalahgunaan Kekuasaan
Pembalut dengan Sensor
Sementara di bidang kesehatan, pria asal Sumenep ini mengembangkan Smart Pads, pembalut wanita yang dipasangi sensor sehingga ketika dipakai bisa menunjukkan kadar kreatinin penggunanya.
Sementara untuk kaum pria dibentuk mirip alat tes kehamilan yang pemakaiannya dicelupkan ke urine.
Dengan sensor tersebut maka pasien tidak perlu tes dengan cara mengambil sampel darah.
“Untuk saat ini, penelitian yang saya lakukan adalah lab on tip, kita memasang sensor tertentu di ujung pipet sehingga seorang peneliti bisa mengetahui kandungan bahan yang ditelitinya dengan segera,” jelas guru besar yang sudah menulis 17 buku ini.
Baca juga: Hujan Deras dan Angin Kencang Landa Jember, Satu Mobil Ringsek Tertimpa Pohon Tumbang
Misal, alat ini bisa dipakai peneliti yang ingin mengetahui kandungan pestisida dalam sayur atau buah.
Begitu dicelupkan di sampel yang sudah disiapkan, maka sensor yang ada di ujung pipet akan memberikan informasi apakah ada kandungan pestisida atau tidak tanpa harus membawanya ke laboratorium sehingga praktis.
Sementara itu Rektor Universitas Jember Iwan Taruna menambahkan, keberhasilan Bambang masuk dalam daftar ilmuwan berpengaruh menjadi contoh bagi kolega dosen lainnya.
“Unej terus berusaha mendorong makin banyak peneliti yang tampil di tataran dunia,” ujar Iwan.
Caranya dengan memperbanyak hasil penelitian yang dimuat di jurnal internasional dan bisa dimanfaatkan oleh industri sehingga berdampak bagi masyarakat luas.
Kemudian berbagai hibah penelitian dan memfasilitasi kerja sama dengan perguruan tinggi di luar negeri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.