Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Peninggalan Kerajaan Majapahit di Kediri, Ada Candi dan Prasasti

Kompas.com - 27/10/2021, 05:07 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

 

3. Prasasti Kusmala

Peninggalan Kerajaan Majapahit lain di Kediri, Jawa Timur, adalah Prasasti Kusmala.

Prasasti ini penanda selesainya pembangunan suatu dawuhan atau waduk wilayah Kusmala yang ada di sekitar kaki Gunung Kelud.

Secara fisik, bahan prasasti itu terbuat dari batu andesit utuh dengan tinggi 122 sentimeter, lebar 68 sentimeter, serta ketebalan 21 sentimeter.

Pada bagian muka terdapat deretan panjang pahatan tulisan aksara dan bahasa Jawa kuno dan juga terdapat simbol lonceng genta bermotif bunga teratai.

Benda purbakala tersebut dulunya ditemukan di wilayah Kecamatan Kandangan yang ada di Kabupaten Kediri.

Kini, disimpan di Museum Airlangga kawasan Goa Selomangleng, Kota Kediri, Jawa Timur. Teregistrasi dengan nomor: 134/kdr/96.

Kepala Seksi Sejarah dan Kepurbakalaan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Kediri Endah Setyowati mengatakan, tidak ada catatan perihal sejarah penemuan prasasti itu sehingga tidak diketahui kapan dan siapa yang pertama kali menemukannya.

Menurutnya, sebelum ditempatkan di Museum Airlangga, prasasti itu dan termasuk beberapa benda purbakala lainnya berada di alun-alun.

Benda-benda itu sempat ditempatkan di museum di kawasan Tirtoyoso, hingga kemudian dialihkan ke Museum Airlangga.

Baca juga: BPCB Jatim Ekskavasi Situs Watu Kucur, Situs Purbakala di Kawasan Bekas Kotaraja Majapahit

"Karena di Tirtoyoso terlalu kecil museumnya, akhirnya dibuatlah museum Airlangga yang tempatnya di Goa Selomangleng," ujar Endah.

Endah menuturkan, Prasasti Kusmala sendiri bertarikh 1272 saka atau 1350 masehi.

Diterbitkan oleh Paduka Batara Matahun Sri Batara Wijayarajasananta Wiktamottunggadewa.

"Isinya untuk memperingati selesainya pembangunan Bendungan Kusmala. Dampak dari adanya bendungan itu menjadikan kemakmuran seluruh masyarakat di wilayah timur Kota Daha," ujar Endah, saat dihubungi, Senin (28/6/2021).

Sejarawan Novi Bahrul Munib dari komunitas Pelestari Sejarah Budaya Kadhiri (PASAK), mengatakan, waduk itu dibuat oleh Sang Martabun yang bernama Rangga Sapu.

Dia diperintahkan oleh Paduka Batara Matahun Sri Batara Wijayarajasananta Wiktamottunggadewa selaku paman dari Raja Majapahit Hayam Wuruk.

Dari prasasti itu, kata Novi, bisa artikan betapa peradaban kuno sudah mempunyai kesadaran pentingnya pengendalian lingkungan, melalui pengelolaan sumberdaya air.

Sebab, air adalah unsur kehidupan yang cukup vital dan jika diatur dengan baik akan membawa kemakmuran pada kehidupan itu sendiri.

"Pada peradaban Jawa kuno di Kediri, air juga cukup vital sehingga banyak peninggalan raja-raja kuno perihal pengelolaan air ini. Terutama Kediri bagian timur," ujar Novi.

Wilayah Kediri bagian timur dikenal sebagai wilayah yang subur makmur karena tanah vulkanis juga karena pengairan yang cukup tertata dengan baik.

Namun, wilayah tersebut juga merupakan kawasan kaki Gunung Kelud, yang berpotensi terdampak ancaman banjir lahar akibat letusan gunung.

Sehingga pengendalian lingkungan itu tidak hanya untuk pemenuhan kebutuhan pengairan saja, tetapi juga untuk pengurangan risiko bencana.

"Zaman kerajaan dulu terbukti sudah bisa mengendalikan lingkungan dengan cerdas dan kreatif," ujar sejarawan yang akrab dengan sapaan Novi BMW ini.

Agar air bisa mengalir jauh dibutuhkan saluran-saluran. Saluran itu berfungsi sebagai irigasi maupun drainase.

Irigasi sebagai pendistribusian air bagi lahan persawahan, drainase untuk kebutuhan rumah tangga hingga peribadatan.

Pada pembangunan instalasi keairan itu tergambar keilmuan dan teknologi yang mumpuni. Novi mencontohkan pada pembuatan Arung yakni saluran air bawah tanah atau terowongan.

"Di wilayah Desa Brumbung, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri ada arung. Jumlahnya mencapai 12 arung," kata dia.

Saluran bawah tanah itu solusi mengatasi kontur tanah yang berupa pegunungan. Perbedaan muka tanah akan mempengaruhi laju air menuju hilir.

Sehingga jika ada muka tanah yang tinggi, tentu akan sulit mengalir.

Pada kondisi itu peranan undagi pangarum diperlukan. Ini menurut Novi adalah profesi khusus pembuat terowongan air bawah tanah tersebut.

Profesi ini setidaknya menguasai ilmu matematika, ilmu geologi hingga ilmu fisika.

Sebab, untuk menggali terowongan berkedalaman 5-7 meter dengan panjang hingga 1 kilometer di bawah tanah, tentu membutuhkan keahlian khusus.

"Mereka membuat ventilasi di beberapa titik agar ketersediaan oksigen mencukupi, mengatur tingkat kemiringan terowongan agar air tetap bisa melaju, hingga teknik mengatasi jenis-jenis tanah saat menggali," ujar dia.

Prasasti Kusmala menurut Novi merupakan salah satu prasasti Majapahit yang mengapresiasi pengelolaan air.

Selain Majapahit, ada beberapa kerajaan sebelumnya yang juga memberikan prasasti untuk bidang yang sama.

Di antara prasasti itu adalah Prasasti Harinjing era Kerajaan Medang, Prasasti Paradah era Kerajaan Kediri, serta Prasasti Gneng II oleh Tribhuwana Tunggadewi dari Kerajaan Majapahit sendiri.

Dan menariknya, semua prasasti itu ditemukan di wilayah Kediri timur. Itu menurutnya menandakan bagaimana kerajaan memandang pentingnya pengelolaan air yang ada di wilayah itu.

Sehingga wilayah Kediri timur menjadi wilayah yang cukup diperhitungkan dalam hal lumbung penyediaan makanan hingga keahlian masyarakatnya yang mampu merekayasa dan menjaga agar wilayah timur senantiasa subur.

Peninggalan teknologi maupun dampak dari teknologi itu menurut Novi masih bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat masa kini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hadiri Halalbihalal Pemprov Sumsel, Agus Fatoni: Silaturahmi Pererat Kesatuan dan Persatuan

Hadiri Halalbihalal Pemprov Sumsel, Agus Fatoni: Silaturahmi Pererat Kesatuan dan Persatuan

Regional
Ribuan Sampah Peraga Kampanye Menumpuk di Kantor Bawaslu Pangkalpinang

Ribuan Sampah Peraga Kampanye Menumpuk di Kantor Bawaslu Pangkalpinang

Regional
Polisi Tangkap Pria di Alor yang Bacok Temannya Usai Kabur 3 Hari

Polisi Tangkap Pria di Alor yang Bacok Temannya Usai Kabur 3 Hari

Regional
Seorang Pemuda di Rokan Hulu Bunuh Temannya gara-gara Buah Sawit

Seorang Pemuda di Rokan Hulu Bunuh Temannya gara-gara Buah Sawit

Regional
Dialog RI-China di Labuan Bajo NTT, Indonesia Usulkan Program Pelabuhan Karantina Kembar

Dialog RI-China di Labuan Bajo NTT, Indonesia Usulkan Program Pelabuhan Karantina Kembar

Regional
Kronologi Mobil Terbakar di Jalan Sumbawa dan Terjun ke Jurang

Kronologi Mobil Terbakar di Jalan Sumbawa dan Terjun ke Jurang

Regional
Di Acara Halalbihalal, Kadis Kominfo Sumut Ajak Jajarannya Langsung Fokus Bekerja

Di Acara Halalbihalal, Kadis Kominfo Sumut Ajak Jajarannya Langsung Fokus Bekerja

Regional
Pemkot Tangerang Ingin Bangun Lebih Banyak Community Center yang Multifungsi

Pemkot Tangerang Ingin Bangun Lebih Banyak Community Center yang Multifungsi

Kilas Daerah
BMKG Prediksi Gelombang Tinggi dan Hujan Lebat di Wilayah Papua dan Maluku

BMKG Prediksi Gelombang Tinggi dan Hujan Lebat di Wilayah Papua dan Maluku

Regional
Rumah Terbakar di Kampar, Korban Sempat Selamatkan Sepeda Motor Saat Tabung Gas Meledak

Rumah Terbakar di Kampar, Korban Sempat Selamatkan Sepeda Motor Saat Tabung Gas Meledak

Regional
Berpotensi Jadi Tersangka, Polisi Buru Sopir Bus ALS yang Tewaskan 1 Penumpang di Agam

Berpotensi Jadi Tersangka, Polisi Buru Sopir Bus ALS yang Tewaskan 1 Penumpang di Agam

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 20 April 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 20 April 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 20 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 20 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 20 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 20 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Regional
[POPULER NUSANTARA] Penemuan Kerangka Manusia di Gunung Slamet | Penipuan Katering Buka Puasa di Masjid Sheikh Zayed

[POPULER NUSANTARA] Penemuan Kerangka Manusia di Gunung Slamet | Penipuan Katering Buka Puasa di Masjid Sheikh Zayed

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com