Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/10/2021, 12:40 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Simon Demom dan istrinya, Katarina Bulu serta dua anaknya tinggal di gubuk reyot di Dudun 2 Watodei, Desa Ile pati, Kecamatan Adonara Barat, Kabupaten Flores Timur, NTT.

Dua anak Simon dan Katarina adalah Arkinius Tukan (6) dan Maria Hinggi (3).

Rumah tersebut tak memiliki penerangan. Setiap malam menjelang, mereka hanya mengandalkan lampu pelita untuk penerangan.

Tak jarang mereka bertahan di kegelapan jika tak memiliki minyak tanah untuk menyalakan pelita.

Baca juga: Kisah Keluarga Simon, Tinggal di Gubuk Tanpa Listrik, Berpindah-pindah jika Hujan

Mereka mememanfaakan cahaya dari api tungku di dalam rumah yang berdinding anyaman bambu dan beratapkan daun kelapa.

Di dalam gubuk kecil tersebut juga tak ada sekat antara tempat tidur dan tungku api.

"Kalau hujan terpaksa tidur pindah-pindah"

Simon bercerita gubuk mereka sering bocor jika hujan turun.

"Kalau hujan, terpaksa kami tidur pindah-pindah. Di mana yang tidak ada bocor, kami pindah tikar ke situ," tutur Simon kepada awak media di lokasi, Senin (25/10/2021).

Ia mengaku tak memliki cukup uang untuk membeli seng. Yang bisa ia lakukan hanya merenovasi atap gubuk dengan alang-alang. Namun hasilnya tetap sama yakni atap gubuk bocor saat hujan turun.

Baca juga: Kisah Mama Agnes Tinggal di Gubuk Bersama Anak yang Gangguan Jiwa, Kesulitan Penuhi Kehidupan Sehari-hari

"Maunya pakai seng, tetapi kondisi ekonomi kami ini yang tidak bisa. Kami hidup serba kekurangan. Mau makan saja ini susah, apalagi mau beli seng," kata Simon.

Sehari-hari Simon dan istrinya bekerja sebagai petani. Mereka mengolah ladang dan memanen kemiri.

Istri Simon pun mengalami keterbatasan fisik yakni salah satu tangannya lebih pendek.

"Istri saya juga alami keterbatasan fisik. Satu tangannya pendek. Tetapi, dia tetap berusaha kerja untuk menghidupi anak-anak," kata dia.

Baca juga: Kisah Buruh Sadap Karet Emun, Belasan Tahun Tinggal di Gubuk Reyot, Akhirnya Dapat Bantuan Rumah Layak Huni

"Hasil dari ladang hanya cukup untuk bertahan hidup," ungkapnya.

Walau hidup dalam keterbatasan, Simon dan keluarganya tak pernah tersentuh bantuan dari pemerintah. Termasuk bantuan selama pandemi Covid-19.

"Program Keluarga Harapan (PKH) dan sembako, kami belum pernah. Selama Covid-19 ini baru dapat bantuan langsung tunai (BLT) dari desa," ujarnya.

Simon pun berharap, pemerintah bisa memberikan bantuan untuk memperbaiki kondisi keluarga mereka.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Nansianus Taris | Editor : Pythag Kurniati)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Mahasiswa Disabilitas Universitas Muhammadiyah Purworejo Ciptakan Pakan Ternak yang Bisa Cegah Stunting

Mahasiswa Disabilitas Universitas Muhammadiyah Purworejo Ciptakan Pakan Ternak yang Bisa Cegah Stunting

Regional
Aniaya Dua Warga di Kartasura, 9 Anggota Geng Motor Diamankan Polisi, 7 di Antaranya Masih di Bawah Umur

Aniaya Dua Warga di Kartasura, 9 Anggota Geng Motor Diamankan Polisi, 7 di Antaranya Masih di Bawah Umur

Regional
Penjabat Gubernur Gorontalo Sesalkan Kerusuhan di Pohuwato

Penjabat Gubernur Gorontalo Sesalkan Kerusuhan di Pohuwato

Regional
PSI Solo Klaim 'Kaesang Effect' Sudah Mulai Terasa

PSI Solo Klaim "Kaesang Effect" Sudah Mulai Terasa

Regional
Makam Sunan Kudus dan Tradisi Buka Luwur Tiap 10 Muharam

Makam Sunan Kudus dan Tradisi Buka Luwur Tiap 10 Muharam

Regional
Kaesang Disebut Gabung PSI, DPW PSI Jateng Masih Tunggu Keputusan Resmi

Kaesang Disebut Gabung PSI, DPW PSI Jateng Masih Tunggu Keputusan Resmi

Regional
4 Alat Musik Bengkulu dan Cara Memainkannya

4 Alat Musik Bengkulu dan Cara Memainkannya

Regional
Ratusan Miliar Uang Rusak Ditemukan di Babel Ditarik dari Peredaran

Ratusan Miliar Uang Rusak Ditemukan di Babel Ditarik dari Peredaran

Regional
Puncak Gunung Kacapi di Sumedang Terbakar

Puncak Gunung Kacapi di Sumedang Terbakar

Regional
Cerita Pedagang di Sukaramai Trade Center Pekanbaru Bertahan Meski Sepi Pembeli

Cerita Pedagang di Sukaramai Trade Center Pekanbaru Bertahan Meski Sepi Pembeli

Regional
Pekerja Penggarap Sumur Tewas Mengenaskan Usai Rambutnya Terlilit Mesin Bor di Grobogan

Pekerja Penggarap Sumur Tewas Mengenaskan Usai Rambutnya Terlilit Mesin Bor di Grobogan

Regional
Pj Gubernur NTT Cabut Kebijakan Masuk Sekolah Pukul 5.30 Pagi

Pj Gubernur NTT Cabut Kebijakan Masuk Sekolah Pukul 5.30 Pagi

Regional
Keuntungan Proyek Rempang Eco-City Menurut BP Batam

Keuntungan Proyek Rempang Eco-City Menurut BP Batam

Regional
Pj Wali Kota Sebut Masalah Sampah di Kota Kupang Belum Dituntaskan

Pj Wali Kota Sebut Masalah Sampah di Kota Kupang Belum Dituntaskan

Regional
Pj Kades dan Bendahara Desa di Lembata Ditetapkan Sebagai Tersangka Korupsi Dana Desa

Pj Kades dan Bendahara Desa di Lembata Ditetapkan Sebagai Tersangka Korupsi Dana Desa

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com