BALI, KOMPAS.com - Yudist Ardhana merupakan YouTuber kondang Pulau Dewata. Merintis channel YouTube sejak Januari 2016, ia telah memiliki lebih dari 10 juta subscriber.
Jejaknya dalam pembuatan content digital pun cukup mentereng. Misalnya, ia pernah berkolaborasi dengan Raffi Ahmad, Baim Wong, Ria Ricis, Demian Aditya, hingga Merry Riana.
Selama lebih dari lima tahun berkarir di industri YouTube, pria kelahiran 13 Oktober 1987 di Denpasar itu mengaku selalu mengedepankan etika dalam setiap konten yang diproduksi.
"Sebagai content creator harus tahu etika. Etika sangat penting, karena setelah semakin banyak followers dan subscriber-nya justru tanggung jawabnya semakin besar," kata Yudist saat berbincang dengan Kompas.com di Denpasar, Senin (25/10/2021).
Yudist menyoroti konten prank sampah yang sempat viral pada Mei 2020. Konten itu, berisi tentang seseorang berpura-pura membagikan bingkisan sembako yang ternyata di dalamnya berisi batu dan sampah.
Model konten semacam itu, kata Yudist, tak seharusnya dibuat. Apalagi, jika tujuannya hanya untuk mendapatkan subscriber.
"Jadi itu sempat viral ada orang yang bagi-bagi semabako tapi pas dibuka isinya sampah dan itu dikontenkan, itu salah menurut saya," kata dia.
Yudist selalu mempertimbangkan banyak hal jika akan membuat konten.
Baca juga: Yudist Ardhana, dari Magician hingga Sukses Jadi YouTuber Pulau Dewata (Bagian 1)
Bahkan sebelum konten itu diupload di kanal YouTube miliknya, ia bersama tim manajemen selalu berdiskusi tentang kemungkinan dampaknya.
"Apakah akan ada pihak-pihak yang dirugikan atau tidak. Jadi memang harus hati-hati dalam berkonten. Jangan sampai berkonten yang menyinggung orang," terangnya.
Ia mengaku, beberapa kali sempat dikomplain terkait konten yang dibuat. Bahkan, sejumlah konten yang ia tayangkan, terpaksa harus diedit ulang dengan cara blur online, cuting online, hingga di-private agar tak bisa diakses masyarakat luas.
Meski tak berdampak jauh terhadap perjalanan karirnya sebagai YouTuber, komplain itu dijadikan sebagai pelajaran agar lebih baik dalam berkarya.
"tapi kalau sekarang sudah enggak, kan konten kita sekarang fun, lebih banyak main, traveling," tuturnya.
Yudist mendorong anak muda yang akan terjun ke dunia digital untuk membuat konten yang positif. Menurutnya, ada tiga konten yang bisa dipilih, di antaranya konten hiburan, berita, dan edukasi.
Ketiga konten itu harus dibarengi dengan etika agar konten yang dibuat bisa lebih berkualitas.
"Kalau untuk teman teman yang menjadi konten creator, ya pesan berkontenlah yang positif. Positif itu ada tiga, hiburan, berita, edukasi, dan semua harus tahu etika," kata dia.