BORONG, KOMPAS.com- Kristian Reynaldi (11), seorang bocah asal Colol, Desa Colol, Kecamatan Lamba Leda Timur, Kabupaten Manggarai Timur, NTT terpaksa harus berhenti mengenyam pendidikan.
Selain mengalami kelainan pada kakinya, orangtua Reynaldi yakni Lambertus Abuk dan Kristina Jenaut, tidak memiliki biaya untuk menyekolahkan sang anak.
Impian Reynaldi untuk menimba ilmu mulai terhenti sejak dirinya berada di kelas 2 Sekolah Dasar (SD).
Padahal dia masih ingin melanjutkan sekolah.
"Semoga ada orang-orang baik yang ingin membantu adik Kristian Reynaldi agar ia bisa sekolah lagi," kata Amandus Cahaya Tukeng, Pendamping PKH yang memberikan informasi tentang Kristian saat dihubungi lewat sambungan telepon, Senin, (25/10/2021).
Baca juga: UPDATE Covid-19 di Jatim, DIY, Bali, NTB, NTT, Kalbar, dan Kalsel 24 Oktober 2021
Menurut Tukeng, sesuai cerita ibundanya, Reynaldi mengalami batuk berkepanjangan sejak berusia tujuh bulan hingga 2,9 tahun.
"Menurut ibunya, sejak umur nol bulan sampai satu tahun, berat badan Reynaldi juga di bawah garis normal. Kristian sering dibawa ke Puskesmas, tetapi belum pernah dibawa ke Rumah Sakit," ujarnya.
Reynaldi yang masih kecil ternyata diketahui mengalami kelainan pada kakinya.
Untuk berpindah tempat, ia terpaksa harus menggunakan lutut dan telapak tangan.
Baca juga: Kisah Karolus Belmo Dosen asal NTT yang Juga Pemulung Sampah, Tak Malu meski Dicibir
Terpisah Kepala Dinas Sosial Kabupaten Manggarai Timur, saat dihubungi Kompas.com lewat sambungan telepon selulernya, Senin, (25/10/2021) menjelaskan, Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Timur melalui Dinas Sosial memiliki komitmen untuk menangani penyandang difabel dan disabilitas mental.
Terkait kondisi Reynaldi yang mengalami kelumpuhan di Colol, tim Dinsos akan melakukan asesmen lapangan dalam waktu dekat.
"Dinas Sosial akan mengurus kartu BPJS bagi penyandang difabel dan disabilitas mental yang belum memilikinya. Tentu dengan syarat memiliki kartu keluarga. Dinas Sosial akan berkolaborasi dengan Dukcapil untuk mengurus administrasi kependudukannya," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.