Penjelasan itu ia sampaikan pada sebuah forum rapat yang kebetulan saat itu digelar pemerintah desa.
"Saya datang dan sampaikan, bahwa saya punya usaha di dunia maya, namanya YouTube. Orang kampung saat itu masih buta. Saya menjelaskan namanya YouTube, video apa saja bisa jadi konten," jelas Siboen.
Untuk meyakinkan para warga yang hadir, Siboen mengajak mereka untuk ikut menjadi YouTuber.
Dia ingin membuktikan ucapannya untuk menghindari munculnya masalah sosial yang lebih besar.
"Para ketua RT, tokoh masyarakat, pemuda, kumpul semua," kata Siboen.
Namun saat itu tidak serta merta warga memercayainya. Selang beberapa bulan kemudian, beberapa pemuda desa akhirnya belajar membuat konten YouTube kepada Siboen.
Baca juga: Cerita Pedagang Cilok Beralih Jadi YouTuber, Kini Penghasilannya Rp 10 Juta per Bulan
Semakin hari, semakin banyak pemuda yang turut menjadi YouTuber. Sebagian di antaranya pun mulai mengikuti jejak kesuksesan Siboen.
Di desa yang berjarak sekitar 17 kilometer dari Purwokerto ini, kini terdapat banyak pemuda yang menjadi YouTuber.
Saking banyakanya, warga luar desa menyebutnya desa tersebut sebagai Kampung YouTuber.
"Karena masalah adanya opini saya sukses dan tajir karena pesugihan, maka saya ajak warga desa untuk menjadi YouTuber. Monggo barangkali berkeinginan berusaha di YouTube saya siap membimbing," tutur Siboen.
Siboen mengatakan, total ada 65 orang yang mejadi muridnya pada 2019.
"Namanya seleksi alam, jumlahnya berkurang jadi 33 orang, kemudian berkurang lagi jadi 15 orang," ujar Siboen.
Mereka tidak hanya berasal dari desa setempat, tapi juga dari beberapa daerah di Jawa Timur dan Jawa Barat.
"Untuk sukses menjadi YouTuber bukan faktor pendidikan, tapi karena malas, tidak mau kerja keras, banyak mengeluh. Tersisa 15 orang, mereka yang konsisten dan punya potensi," kata Siboen.
Menurut Siboen, 15 orang tersebut kini hidup dari YouTube. Ada yang menjadikan pembuatan konten YouTube sebagai penghasilan utama, ada juga yang sambilan.
"Subcribernya mereka sudah di atas 100.000 semua. Latar belakang mereka macam-macam, ada kuli bangunan, tukang jahit, tukang las, marbot, korban PHK pabrik di Jakarta, penjual cilok juga," ungkap Siboen.
Konten mereka cukup variatif, seperti memasak, memancing, dan misteri.
"Untuk awal saya arahkan ke konten misteri, live. Setiap malam ke hutan bareng-bareng, dibagi beberapa tim, mereka gantian praktik," kata Sibeon.