Jul mengatakan, pada Mei 2019, dia berhenti menjadi pengantar galon air. Dia kembali ke kampung halamannya di Desa Parsuluman, Kecamatan Saipar Dolok Hole (SDH), Kabupaten Tapanuli Selatan.
"Saya melihat, prospek rezeki di media sosial ini cukup menjanjikan. Jadi saya putuskan untuk kembali ke kampung. Di samping ada rumah peninggalan orangtua dan kebun (karet) yang harus diurus, juga biar bisa sambil meneruskan konten-konten saya yang sudah mulai dikenal banyak masyarakat," kata Jul.
Di desa kecil yang jauh dari hiruk pikuk itu, Jul terus mengembangkan konten-kontennya.
Tidak hanya di YouTube dan Instagram saja.
Jul mencoba memamerkan hasil karyanya di Fans Page Facebook dengan nama akun Sidimpuan Dubbing.
"Jadi ada tiga akun media sosial saya untuk mempublikasikan hasil video-video yang sudah saya edit. Yang pertama Instagram, YouTube dan Fans Page Facebook," kata Jul.
Di Instagram, dengan nama akun Sidimpuan Dubbing, Jul sudah memiliki 199.000 pengikut atau followers.
Namun, di Instagram hanya sebagai media promosi dan ikan, tidak seperti di YouTube dan Fans Page Facebook yang bisa langsung mendatangkan penghasilan.
"Untuk Instagram, saya gunakan untuk endorse atau pesanan orang-orang untuk beriklan. Biasanya jenis usaha-usaha yang ada di sekitar daerah kita, dan saya kreasikan ke dalam video lewat dubing. Alhamdulillah, berpenghasilan juga," ujar Jul.
Jul mengatakan, penghasilan setelah menjadi YouTuber banyak membantu kebutuhannya sehari-hari.
Bahkan, Ayah tiga orang anak ini sudah memiliki mobil dan membangun rumah peninggalan orangtuanya di kampung.
"Alhamdulillah, rumah peninggalan orangtua di kampung yang saat ini kami tempati bisa dibangun. Mobil untuk transportasi bisa terbeli. Juga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bersama istri dan tiga orang anak saya," ujar suami dari Aisyah Utami Lubis ini.
Baca juga: Cerita YouTuber Pak Bhabin Herman Buat Konten karena Hobi, Tujuannya Edukasi
Jul mengatakan, ia mendapat penghasilan lebih banyak lewat akun Fans Page Facebook dibanding dari YouTube dan Instagram.
"Di Facebook bisa dapat Rp 40 juta, kadang Rp 30 juta, paling sedikit Rp 20 juta. Di YouTube sekitar Rp 8 juta," kata Jul.
Jul menceritakan suka dukanya selama menjadi YouTuber.
Tidak semua kontennya bisa menjadi penghasilan, karena ada aturan-aturan yang harus dijaga.
Jul beberapa kali mendapat teguran dari pihak YouTube, karena video yang digunakannya melanggar hak cipta.
Akibatnya, dia harus menunggu beberapa bulan, agar channel miliknya bisa pulih dan dimonetasi kembali.
"Jadi pernah sampai beberapa bulan tidak dimonetasi, akibatnya tidak ada iklan yang masuk. Jadi penghasilan tidak ada. Apalagi kalau di YouTube lebih ketat peraturannya, terutama masalah hak cipta, tidak seperti di Facebook," kata Jul yang memiliki 1,2 juta pengikut di Fans Page Facebook.