Bisa dibilang, Jennie Linando membangun channel YouTube-nya seorang diri, mulai dari proses syuting, editing, hingga upload konten ia lakukan sendiri.
Bahkan, hal itu ia lakukan sampai sekarang.
"Memang dari awal aku single fighter. Itu dilakukan sampai sekarang. Semua aku handle sendiri. Sempat juga di beberapa vlogku aku pakai jasa videografer frrelance. Bantuin untuk syutingnya saja. Kalau ngedit tetap saya," kata Jennie.
Sebagai food vlogger, Jennie mengaku sebenaenya tidak mengalami kejenuhan. Menurut dia, rasa jenuh itu terkadang datang karena semuanya masih ia lakukan sendiri.
Proses yang memerlukan waktu panjang adalah editing. Bahkan proses editing ini bisa memakan waktu selama tiga hari.
"Dan ketika ngedit ini benar-benar nggak bisa diganggu. Karena namanya ngedit butuh mood bagus supaya hasilnya bagus, mengalir. Jenuhnya karena benar-benar semua saya urus sendiri. Endorsment saya urus sendiri. Saya prepare sendiri. Berbeda sama food vloger yang udah besar," kata Jennie.
Menurut dia, banyak orang tidak mengetahui bahwa profesinya sebagai konten kreator tidak semudah seperti yang orang bayangkan.
Bahkan, banyak orang melihat pekerjaan sebagai konten kreator atau food vlogger hanya sekadar makan lalu dibayar.
"Padahal, kenyataannya enggak segampang itu. Proses yang kita jalani cukup rumit dan memakan waktu cukup lama. Belum lagi proses editingnya, proses review lagi, direvisi lagi. Pada kenyataannya prosesnya tidak mudah dan memakan waktu dan cukup panjang," kata Jennie.
Di sisi lain, konten kreator juga berbeda dengan orang-orang yang bekerja kantoran.
Jika pekerja kantoran pekerjaannya mengacu pada jam kerja, tidak demikian dengan konten kreator.
Seorang konten kreator setiap harinya harus memeras otak untuk bisa menyuguhkan konten dan tayangan menarik bagi warganet.
Bahkan, jam kerja bagi seorang konten kreator nyaris 24 jam penuh.
"Konten kreator beda dengan orang yang kerja kantoran yang pekerjaannya, ya, mengacu pada jam kerja. Ketika pulang sudah bisa istirahat," kata Jennie.
"Kalau kita (konten kreator), setiap hari otak kita tetap mikir, besok bikin konten apa, ya, minggu depan apa lagi ya? Jam kerja kita bukan pagi sampai malam. Tapi jam kerja kita hampir 24 jam," tutur dia.
Adapun hal yang dia sukai sebagai konten kreator setelah dirinya mulai dikenal dan memiliki ratusan ribu subscribers.
Dari segmen Mukbangbwith Ojol, penontonnya mulai bersgam dari berbagai daerah. Tak hanya di dominasi warganet Surabaya dan Jawa Timur, channel YouTube Jennie Linando kini juga banyak ditonton warganet luar Jawa Timur.
"Jadi kayak orang-oramg Jakarta, oramg luar Jawa Timur sudah mulai kenal sama channel aku," kata Jennie.
Selain itu, dirinya juga sering masuk nominasi di sejumlah event. Namanya juga disejajarkan dengan food vlogger ternama seperti Nex Carlos dan Mgdalenaf.
"Saya itu sering dijadikan nominasi di event-event kecil, dan yang dari luar Jakarta itu cuma saya. Yang lainnya itu bener-bener food vlogger besar semua. Kayak Nex Carlos, Mgdalenaf, kayak gitu-gitu," ujar Jennie.
Ia mengaku sempat syok karena disejajarkan dengan food vlogger dengan channel YouTube jutaan subscribers.
"Saya merasa, berarti channel saya ini sudah mulai meluas, mulai dikenal orang, mulai diakui juga," kata dia.
Hal lain yang membuat dia senang adalah ketika videonya bisa memberi dampak lain bagi viewers dan subscribers-nya.
"Jadi saya baca komentar itu ada yang komentar dia lagi sakit, tapi setelah liat video saya jadi nafsu makan. Saya terharu, karena video saya juga memberi dampak lain buat subscribers sama viewers saya," ujar dia.
Jennie tidak sependapat dengan orang yang rela melakukan apa pun demi sebuah konten untuk menghasilkan cuan.
Bagi Jennie, perbuatan semacam itu tidak terpuji.
Ia sendiri kurang mendukung dengan konten-konten yang justru membuat orang lain justru menjadi korban. Salah satunya seperti konten prank.
"Kalau saya sih kurang mendukung konten-konten seperti itu. Karena ini bisa merugikan orang. Kasus-kasus nge-prank, ternyata korbannya sakit hati, dendam, itu kan lebih berbahaya," kata Jennie.
Ia pun berpesan kepada setiap orang yang ingin menjadi konten kreatif agar menghindari membuat konten-konten negatif nirfaedah.
Namun, ia mengakui bahwa di Indonesia masih banyak orang yang justru menyukai konten-konten negatif, seperti adu domba, perselisihan dan sebagainya.
"Sayangnya, di Indonesia memang banyak yang suka dengan konten-konten negatif, seperti konflik, pertengkaran, adu domba, kemarahan, hingga perseliseihan. Dan itu lebih banyak ditonton daripada konten berkualitas dan bermutu," kata Jennie.
"Entah kenapa, konten yang bagus itu pasti kalah dengan konten yang penuh dengan konflik. Ini sebenarnya sesuatu yang miris di dunia entertainment Indonesia. Menyedihkan," tutur dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.