Setelah beralih menjadi food vlogger, rupanya konten video yang diupload ke YouTube mulai banyak ditonton. Banyak pula warganet yang mulai subscribe channel Jennie Linando.
Beberapa konten membuat subscribersnya naik signifikan
Suatu waktu, Jennie sempat ngevlog kuliner Seblak di Surabaya. Ternyata jumlah viewers-nya terus bertumbuh.
Namun, jumlah subcriber channel YouTube Jennie Linando naik signifikan setelah dia upload video rujak cingur Ibu Mella yang sempat viral pada Juni 2019 lalu.
Jennie mengaku, sebelum membuat vlog rujak cingur Ibu Mella, jumlah subcriber channel YouTube-nya, baru dikisaran 68.000.
"Setelah rujak viral itu tayang langsung naik jadi 100.000 lebih. Nah itu aku mulai dapat Silver Play Button dari YouTube. Naiknya bisa dibilang paling signifikan sih," tutur Jennie.
Baca juga: Perjalanan Panjang Sistem Rekomendasi Video YouTube, dari Berbasis Klik hingga Aktivitas
Setelah mencapai 100.000 subscribers, channel Jennie Linando mulai ditonton banyak warganet.
Dari situ Jennie membuat beberapa segmen, seperti Jennie Mukbang with Ojol yang juga mendapat banyak perhatian netizen.
Di konten ini, Jennie mendatangi salah satu restoran asing di Surabaya, seperti restoran khas Thailand, Jepang hingga Korea Selatan.
Setelah sampai di restoran, Jennie lalu order makanan lewat aplikasi ojek online (ojol).
Nah, saat ojol sudah datang di restoran itu dan memesan makanan, barulah Jennie menghampiri abang ojol dan mengajak mereka makan bareng untuk mereview makanan tersebut.
"Jadi aku ngajak abang ojol, aku benar-benar random, aku benar-benar order lewat aplikasi, terus ojol yang datang ke resto itu ternyata aku sudah di dalam resto itu. Jadi aku kayak ngasih experience baru ke abang ojol ke makanan-makanan yang belum pernah mereka coba sebelumnya," kata Jennie.
"Jadi yang biasanya mereka cuma terima-terima orderan, cuma pesen makanan orang, terus ngirim makanan itu ke orang, sekarang mereka bisa coba rasa makanannya itu kayak gimana," ucap dia.
Pada momen Natal, misalnya, Jennie juga membuat konten bareng ojol. Saat itu Jennie mentraktir sejumlah abang ojol untuk belanja di supermarket.
Baca juga: Unggah Petualangan dan Musik di YouTube, Erfix Raih Rp 10 Juta Per Bulan
Para ojol ini diberi challenge untuk belanja dengan sejumlah uang tertentu dengan durasi waktu lima sampai 10 menit.
"Aku kasih budget sekian, terus abang ojol ambil barang cepet-cepetan. Itu viewersnya juga jutaan. Dari situ channel aku dikenal sehingga orang-orang memberikan aku image, pokoknya kalau vlognya Jennie yang ditunggu-tunggu yang bareng abang ojol," kata dia.
Dari konten Jennie Mukbang with Ojol itu, jumlah subscribersnya kembali bertambah pesat dan hingga saat ini jumlah subscribers channel YouTube-nya sudah mencapai 595.000.
Jennie pada akhirnya juga dikenal sebagai satu-satunya food vlogger yang mengajak abang ojol makan di sebuah restoran mewah.
"Subscribers saya bisa sampai 500.000 itu kayaknya peran besarnya dari segmen saya yang sama abang ojol itu," kata dia.
Salah satu keunikan dan ciri khas Jennie Linando adalah tagline-nya yang selalu diingat oleh oenonton setianya.
Tagline yang selalu muncul dalam setiap kontennya adalah "endes markondes". Artinya, bila makanan yang direview itu benar-benar enak, Jennie selalu memberi predikat dengan istilah endes markondes.
"Tagline lainnya, saat aku nyodorin makanan ke kamera gitu, lalu aku bilang, 'mau, mau, mau?' Terus makanan aku tarik lagi sambil bilang, 'beli sendiriii," kata Jennie.
Dari tagline itulah, subscribers Jennie banyak menyukai channel YouTubenya karena sebagai food vlogger, dia juga memiliki menyisipkan sisi humor dalam setiap kontennya.
"Jadi ada kelucuannya, entertainment-nya, kayak aku tuh dicap food vloger yang kocak gitu lah. Kebanyakan subscribers aku bilangnya gitu. Terus kan kayak medok Suroboyoan. Medoknya itu juga disukai mereka," kata Jennie.
Dari YouTube, kondisi finansialnya kini berada di titik aman
Di awal perjalanannya sebagai YouTuber, penghasilannya sebagai konten kreatif saat itu dinilai masih kecil.
Kendalanya karena Google AdSense untuk YouTuber Indonesia rate-nya berbeda dengan YouTuber luar negeri.
"Jadi vlogger itu lebih banyak menghasilkan uang dari iklan atau endorsment," kata dia.
Baca juga: Bikin Kanal YouTube dengan Tessy, Nunung Bilang untuk Pemasukan
Namun, setelah channel YouTube-nya berkembang dan memiliki 595.000 subscribers, penghasilannya sudah lumayan besar.
Baik dari Google AdSense maupun iklan atau endorsment, semuanya ia coba untuk dimaksimalkan.
"Kalau sekarang sudah oke lah. Sudah lumayan menurut saya. Tapi kita kan harus maksimalkan dari endorsement sama AdSense," tutur dia.
Berprofesi sebagai YouTuber atau konten kreator, membuat kondisi financialnya sudah berada di titik aman.
Penghasilannya juga cukup bagus dan bisa memenuhi kebutuhan dirinya sendiri dan membantu orangtua.
"Saya sudah merasa financial saya sudah berada di titik yang aman. Saya juga beli apa-apa pakai uang saya semua, enggak bergantung apa pun ke orangtua," kata Jennie.
"Bahkan, saya kasih orangtua dan barang-barang juga dari penghasilan saya. Perkembangannya juga cukup bagus. Saya bisa mencukupi diri saya sendiri dan membahagiakan orangtua," tutur dia.
Untuk bisa membuat konten yang menarik, menurut Jennie, pertama-tama seorang konten kreator harus tahu dulu tentang karakter mereka.
Dari karakter yang dimiliki itu kemudian diambil dan ditransformasikan dalam bentuk konten video blog.
Karakter ini akan mementukan bagi konten kreator untuk mengangkat konten-konten tertentu sesuai dengan karakter mereka.
"Dari situ mereka harus ciptakan ciri khas untuk diri mereka dan konten mereka. Jadi harus bisa diingat dan dikenal banyak orang. Warna dan konsep videonya juga harus berkarakter dan punya ciri khas sendiri," kata Jennie.
Kedua, seorang konten kreator harus konsisten upload konten. Ia mencontohkan, konten kreator yang baru bikin channel YouTube, ia mengibaratkan channel mereka masih di bawah dan belum dikenal.
"Misalnya baru upload 1-10 video awal, itu kan channel mereka masih sangat di bawah. Dari 50 juta konten kreator, dia masih sangat2 di bawah," kata Jennie.
Baca juga: Kantor Pinjol Ilegal di Surabaya yang Digerebek Polisi Gunakan Ruko Lantai 3, Ini Lokasinya
Ketika channel yang dibuat itu konsisten dengan sering upload video, sama video, lambat laun juga akan dikenal.
Menurut Jennie, rumusnya adalah minimal upload video seminggu sekali. Kalau ingin channel-nya lebih dikenal, maka upload dua atau tiga video dalam sepekan. Hasilnya akan lebih bagus.
"Makanya harus konsisten upload video. Jangkanya nggak boleh terlalu jauh. Kalau sudah upload banyak, dari situ YouTube melihat channel ini dan mempromosikan channel ini," kata Jennie.
Konsistensi ini menjadi harga mati bagi konten kreator, terlebih ketika membangun channel YouTube.
"Karena membangun (channel) YouTube ini jauh lebih susah daripada membangun Instagram. Membangun Youtube itu lebih berat. Kuncinya harus sering-sering upload video," ucap Jennie.
Tpis ketiga adalah kualitas video. Jika tidak memiliki peralatan yang memadai, bisa memulai membuat konten menggunakan handphone.
Namun, kualitas video tetap harus diperhatikan.
"Seperti tidak ngeblur, tidak goyang, dan pindahan scene yang bagus. Biar orang nontonnya juga enak. Biar enak nontonnya, ya, kualitas video harus bagus," kata dia.
Baca juga: 7 Restoran All You Can Eat di Surabaya, Mulai dari Harga Rp 80.000
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.